Categories Artikel

Turiah Handmade, Kerajinan Kayu Unik Dari Payakumbuh

SudutPayakumbuh.com – Memiliki hobi memakai aksesoris berupa cincin, kalung, gelang, dan aksesoris lainnya mungkin menjadi salah hobi kebanyakan orang. Apalagi memiliki ekonomi yang cukup dan bahkan berlebih, dengan membeli permasalahan pun menjadi selesai.

Tapi bagi sebagian orang, hal tersebut menjadi dilema saat keinginan tidak seimbang dengan keuangan. Tidak jarang banyak yang memilih mengurungkan niatnya dan melakukan hal-hal yang mungkin bertentangan dengan hukum.

Ternyata hal di atas tidak berlaku bagi pemuda 23 tahun ini. Keinginan untuk memiliki aksesoris cincin dan kalung bagus namun terkendala dengan budget besar membuatnya berpikir dan memutar otak.

Bermodalkan tekad dan kemauan tanpa pengalaman yang dimilikinya, pemuda bernama lengkap Ismail ini akhirnya memutuskan untuk membuat sendiri cincin dan kalung sesuai dengan keinginannya.

Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Ungkapan ini sepertinya cocok disematkan kepada Ismail yang akrab disapa Jon ini. Berkat ketekunan dan keuletan yang dilakukannya, kini dirinya pun bisa memiliki aksesoris sesuai keinginannya.

Apache, salah satu produk Turiah Handmade berbentuk tengkorak Indian.
Apache, salah satu produk Turiah Handmade berbentuk tengkorak Indian.

Tidak sampai di situ, Jon yang baru saja menyabet Juara I Lomba Souvenir dalam acara Bagodang Baralek Godang Kota Payakumbuh 2016 ini akhirnya bisa menghasilkan pundi-pundi uang lewat hobinya tersebut.

Turiah Handmade, merupakan nama kerajinan membuat cincin dan kayu yang saat ini ditekuni oleh Jon. Rabu (2/11/2016), #sudutpayakumbuh berkesempatan bertemu dengan Jon di sebuah kedai kopi legendaris di Kota Payakumbuh.

Kepada #sudutpayakumbuh ia mengatakan keahliannya membuat kerajinan kayu berupa cincin dan kalung ini dilakoninya secara otodidak. Kunci utama yang diyakini membuatnya berhasil adalah kemauan dan kegigihan.

“Setelah terkendala memiliki aksesoris yang bagus tapi mahal. Akhirnya saya putuskan untuk membuatnya. Meskipun gagal beberapa kali, ini tidak membuat saya patah semangat,” kata Jon.

Rider, cincin berbentuk tengkorak mengenakan helm.
Rider, cincin berbentuk tengkorak mengenakan helm.

Setelah beberapa bulan gagal dan berlatih dengan tekun, Jon mengatakan dirinya baru bisa melihat kesempurnaan dari kalung berupa jangkar kapal yang dibuatnya untuk kali pertama. Hasilnya pun tidak mengecewakan dan dirinya merasa puas atas apa yang telah dilakukannya.

“Melihat hasil tersebut, teman-teman mulai tertarik dan melakukan pemesanan berupa kalung. Alhamdulillah, setelah orderan pertama, banyak tawaran membuat kalung yang datang,” ujar pemuda yang juga bekerja paruh waktu di salah satu jajanan kuliner malam Payakumbuh ini.

Belum cukup sampai di situ, melihat perkembangannya, Jon pun mencoba membuat cincin dengan tingkat kesulitan yang berbeda dari pembuatan kalung. Lagi-lagi, bukti kegigihannya membuat dirinya mampu membuat cincin dari kayu surian yang didapatnya dari bekas potongan kayu di rumahnya.

Kalung dan Cincin Jangkar sebagai salah satu produk unggulan dari Turiah yang merupakan logo dari kerajinan kayu ini.
Kalung dan Cincin Jangkar sebagai salah satu produk unggulan dari Turiah yang merupakan logo dari kerajinan kayu ini.

Puncaknya, setelah beberapa bulan menekuni dan mebuat aksesoris dari kayu ini, Jon pun telah dikenal di Kota Payakumbuh dan Limapuluh Kota sebagai salah satu tempat membuat aksesoris unik dari kayu. Hal ini menurutnya dikarenakan bentuk dan model yang dibuatnya tidak pasaran dan sesuai dengan keingina pemesan.

“Biasanya kalau membeli di pasar, aksesoris yang kita punya akan sama dengan orang lain. Tapi kalau Turiah ini tidak. Satu model untuk satu orang dan kalaupun diproduksi banyak pasti juga akan berbeda. Sebab untuk pembuatan masih dilakukannya secara manual tanpa menggunakan mesin dalam membentuk ukiran yang ada pada kalung dan cincin ini,” katanya sambil meminum kopi susu es di Kedai Cipun ini.

Untuk nama Turiah sendiri, dijelaskannya berasal dari istilah toreh (dalam bahasa Indonesia). Tapi karena di Minangkabau, ia lebih memilih menggunakan kata Turiah sebagai nama dari kerajinan kayu yang ditekuni sejak bulan Mei 2015 ini.

Kemudian soal harga, untuk kalung ia mematok harga mulai dari Rp. 85.000 ke atas dan cincin mulai dari Rp.150.000 ke atas. Ia mengaku tidak dapat memberikan harga pasti terkait harga paling mahal. Sebab itu semua tergantung dari bentuk dan model kalung serta cincin yang diinginkan pemesan.

“Yang jelas, saya pribadi akan mematok harga sesuai dengan tingkat kesulitan yang ada pada kalung atau cincin. Untuk pengerjaannya, cincin memiliki waktu pengerjaan cukup lama yaitu lima hari sampai satu minggu dibandingkan kalung yang hanya memakan waktu dua sampai tiga hari,” katanya.

 

Saat ini, produk Turiah tidak hanya dipesan oleh orang di dalam Sumbar saja melainkan juga dari daerah lain seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, dan daerah lainnya. Untuk pemesanan ia mengatakan dapat melalui online yaitu akunnya di sosial media Instagram @turiah_ atau Line @mail0409 dan melaluiponsel di nomor 0813 2155 2626.

“Ke depannya saya berharap produk yang saya hasilkan ini juga dapat menembus pasar internasional. Sebab berdasarkan pencarian yang dilakukannya di internet, tidak banyak dan bahkan belum ada ditemukannya kerajinan tangan membuat kalung dan cincin lainnya selain dirinya,” ujar Jon sambil memperlihatkan foto-foto hasil karyanya yang sudah laku terjual. (ADS)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *