Putri Nilam Sari Gadih Minang Asal Kota Payakumbuh meraih Runner Up II dalam ajang Putera Puteri Maritim Indonesia 2023 yang Grand Finalnya diselenggarakan di Graha Jala Puspita, Jakarta pada 5 Desember lalu.
Lalu seperti apa cerita dan pengalaman Nilam mengikuti event nasional yang mempertemukannya dengan 61 finalis yang mewakili 20 provinsi seluruh Indonesia itu, yang sudah menjalani masa karantina selama 10 hari di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta.
Redaksi sudutpayakumbuh.com sudah menghubungi Nilam untuk mengulik cerita serta pengalamannya mengikuti Putera Puteri Maritim Indonesia 2023.
Pada awalnya ia mengikuti audisi di provinsi Sumbar dengan kandidat 40 hingga 50 orang, lalu dilakukan penyaringan enam besar, dari keenam besar tersebut disaring kembali menjadi tiga besar yang nantinya akan diutus mewakili Sumbar ke Jakarta.
“Dari tiga besar itu ada dua orang yang dari Payakumbuh, Nilam sama Fajri Rusdy. Satu lagi anak taruna perikanan Pariaman dari Pesisir Selatan, dua lagi cewek dari Atmindo Padang. 22 November itu kita berangkat ke Jakarta untuk persiapan karena masuk ke Cilandaknya 26 jadi ada empat hari untuk kami latihan di sanggar, mulai latihan public speaking, fisik, penampilan Tari Piring yang kami bawain,” kata Nilam pada Senin, 11 Desember 2023.
Ketika ia bersama rekan-rekannya sudah masuk ke Bhumi Marinir Cilandak bertemu dengan finalis se-Indonesia yang jumlahnya sekitar 70 orang, namun menurutnya ada juga yang gugur karena tidak sanggup dan akhirnya tersisa menjadi 62 orang finalis.
Baginya memulai karantina ketika itu yang dirasakan di Putera Puteri Maritim tidak sama dengan ajang event lain karena di Bhumi Marinir Cilandak dididik dan dilatih dengan sistem militer.
“Bahkan saya saja di sana gak sempet pake heels untuk hari-hari karena pake sepatu sport dan kami itu dididik dan dilatih oleh mariner di Batalyon 2 Bhumi Cilandak itu. Mulailah pengenalan dengan semua finalis provinsi terus dikasih barang gitu selama pendidikan yang seragamnya sama semua dan semua keperluan kita udah disediain. langsung di bawa ke barak, kami tidurnya di barak, yang cewek totalnya ada 32 orang dan cowok ada 30 orang. Di tambah 1 pengasuh tentara cewek,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan di hari pertama karantina bangun pagi pada pukul 04.30 untuk bersiap-siap, kemudian dilanjutkan dengan solat shubuh. Tepat pukul 05.00 sudah masuk persiapan apel pagi.
Dilanjutkan olahraga pagi dan di pukul 06.30 diberikan waktu untuk bersih-bersih. Lalu pukul 06.00 pagi melaksanakan apel kembali untuk persiapan sarapan pagi. Setelah semua rutinitas pagi selesai, nantinya lanjut mengikuti kegiatan pagi seperti PBB, pengenalan temu ramah hingga sampe 09.00 pagi.
Kemudian masuk sesi pemateri sampai pukul 12.00, ishoma dan materi kembali sampai Asar, dari habis Asar hingga Maghrib itu diadakan sesi bersama senior-senior dan makam malam, setiap malam biasanya beda-beda kegiatan.
“Untuk kegiatannya itu kita benar-benar dilatih disiplinya, kalau misalnya jam satu sudah harus ngumpul di ruang kreasi bener-bener harus jam satu. Karena kalau misalkan di antara kita ini ada yang lolos atau tinggal semuanya kena imbas. Misalnya kayak Nilam datangnya jam 1 lewat lima, semuanya kena push up,” kata Nilam.
“Misalnya kalau makan itu sepuluh detik itu udah harus habis padahal makanan itu lumayan banyak. Jadi kami masang strategi kalau mau makan biasanya kami berdampingan cewek cowok cewek cowok gitu, kalau gak habis bisa kasih langsung ke yang cowok. Karena cowok kan makannya lebih banyak dan lebih cepet gitu. Jadi kita berbagi solusi dulu gimana gak kena tindas,” ujarnya.
Ini merupakan pengalaman yang berharga bagi Nilam, menurutnya mengikuti event ini ia mendapatkan keluarga baru yang tidak disangkat-sangka, karena ini dari sabang sampai merauke dengan kebiasaan yang berbeda, pemikiran yang berbeda ternyata ketika dipertemukan semua orang itu bisa menjadi satu dan kompak.
“Makanya kemarin itu terharu pas pisah, sedih banget karena sepuluh hari itu berasa cepet banget padahal pas hari pertama di karantina itu mikirnya bisa gak ya ngelaluin sepuluh hari ini karena berat banget sebelum tidur harus dirolling ditindak, ternyata kalau dinikmati enjoy bahkan banyak ini jadi hal yang gak bisa dilupain,” katanya.
Saat menghadapi Grand Final Pemilihan Putera Puteri Maritim Indonesia 2023, ia bersama rekannya Fajri mendapatkan support baju Tenun Balai Panjang yang dirancang oleh Berry Mirsha dari Dekranasda Kota Payakumbuh.
“Sebenarnya Grand Final itu bajunya baju adat Cuma kami berdua pengen beda supaya kelihatan lebih wah, jadi kami akalin pake baju Dekranasda tapi kita modifikasi, untuk Nilam bagian kepalanya dipakein tangkuluak kompong sedangkan bang Aji dia pake saluak sama sasampiang jadi lebih modern. Di antara kami 62 orang ini cuma kami berdua yang pake baju adat modifikasi dan kami berdua benar benar dilirik, dewan juri, senior, pembina, panitia semua pada suka dengan baju yang kami pakai. Bahkan nanyain ini rancangan siapa ini desainernya siapa disorot banget bajunya bahkan ada juga yang foto bajunya bukan foto kaminya,” ujarnya.
Meski pemilihan sudah selesai dan ia dinobatkan meraih Runner Up II dalam ajang Puteri Puteri Maritim Indonesia 2023. Ini sebuah kebanggaan bagi Kota Payakumbuh, tentu tak hanya sampai di sana saja perjuangannya, akan ada terobosan dan kontribusi seperti apa ke depannya yang akan diberikan kepada masyarakat.
“Dari kami Sumbar sudah punya proker ke depannya yang insyaAllah akan dijalankan minggu depan yaitu video proker namanya pedang pora, Pendidikan Aksi dan Podcast Remaja. Kenapa kami mengangkat itu karena dapat kita ketahui di daerah-daerah pesisir iu masih belom terlalu terjangkau pendidikannya, oleh karena itu kami mau meningkatkan kualitas SDM terlebih dulu. Kalau SDM udah unggul pasti dia bisa buat inovasi yang baru lagi, bisa menerapkan dalam hidupnya agar lebih sejahtera,” katanya.