Categories Warta

Promosikan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal, UPTD Taman Budaya Sumbar Gelar Pasar Seni di Payakumbuh

Sudut Payakumbuh – Sumatera Barat memiliki beragam budaya, mulai tari tradisi dari Minangkabau atau dari Mentawai, cerita rakyat, dan seterusnya.  

Selain bentuk-bentuk seni tradisi tersebut, kebudayaan yang ada di Sumatera Barat juga harus dilihat sebagai kearifan lokal yang berpotensi untuk dihadirkan sebagai solusi atas berbagai persoalan hari ini, termasuk isu ketahanan pangan. 

Hal tersebut tampak, salah satunya, dari bagaimana tata letak Rumah Gadang di Minangkabau dengan Lumbuang atau Rangkiangnya, dari bagaimana masyarakatnya memandang tanah ulayat serta merawat tradisi pesta panen, serta dari beragam produk kuliner lokal. 

Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, UPTD Taman Budaya Sumatera Barat menggelar iven bertajuk Pasar Seni Payakumbuh 2022 di Kompleks Ngalau Indah, Payakumbuh pada 15-17 Juni 2022 mendatang. 

“Tak hanya elok secara visual, Rumah Gadang merupakan representasi ketahan pangan”, kata Zuari Abdullah, kurator Pasar Seni Payakumbuh 2022.

Ia menjelaskan sebagaimana tergambar pada arsitektur rumah gadang dengan segala kelengkapannya, sejak dari konsep bangunannya memperhatikan aspek ketahanan pangan. 

“Sejak dari lumbuang hingga lasuang tempat menyimpan dan mengolah hasil pertanian, kolam dengan berbagai jenis ikan serta sampai tanaman rempah dan rimpang sebagai bumbu masakan, termasuk berbagai jenis obat-obatan yang semuanya tertata rapi dalam lingkungan rumah gadang,” ujarnya. 

Zuari menambahkan bahwa dalam petatah petitih terlihat bagaimana masyarakat Minangkabau sangat memperhatikan aspek ketahana pangan ini.

“Misalnya dalam petatah petitih Nan lereng tanami padi, Nan tunggang tanami bambu, Nan gurun jadikan parak, Nan bancah jadikan sawah, Nan padek ka parumahan, Nan munggu jadikan pandam, Nan gauang ka tabek ikan, Nan padang tampek gubalo, Nan lacah kubangan kabau, Nan rawa ranangan itiak,” katanya.

Menurutnya, sebelum Pasar Seni Payakumbuh tersebut dibuka, terlebih dahulu diadakan Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Malindo, Bukittinggi pada Kamis 2 Juni 2022 mendatang.

“Dalam FGD tesebut akan dibahas berbagai potensi yang bisa diambil dari kebudayaan Minangkabau terkait isu ketahanan pangan dan sejumlah pihak yang dihadirkan dalam FGD, mulai dari seniman, sanggar, praktisi dan akademisi, akan mengusulkan pandangannya soal kebudayaan Minangkabau dan kaitannya dengan isu tersebut,” kata Zuari.

Sementara itu, Heru Joni Putra mengatakan FGD tersebut bertujuan untuk mengumpulkan pandangan dan usulan terkait kontribusi dari kebudayaan Minangkabau, melalui warisan budaya benda dan takbenda, pada persoalan ketahanan pangan dan perubahan iklim.

“Pandangan-pandangan ini, melalui pemerintah pusa, akan coba direkomendasikan pada forum G-20 mendatang dimana Indonesia menjadi tuan rumah,” ujar Heru yang nantinya akan bertindak sebagai moderator dalam FGD tersebut.

Sebagai informasi, G-20 sendiri merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) dan isu ketahan pangan memang tengah menjadi perhatian saat ini. 

Selain pandemi, situasi geo-politik global juga dikhawatirkan bakal mengakibatkan krisis pangan di tingkat global. Seperti dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani, dikutip dari okezone.com. Ia menyebutkan bahwa ketegangan geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina telah menimbulkan krisis pangan dan energi di berbagai penjuru dunia. Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia juga akan terkena dampaknya.

Isu ini juga marak dibicarakan para akademisi. Dikutip dari greencampus.ipb.ac.id, situs Insitut Pertanian Bogor (IPB), pangan lokal merupakan solusi bagi krisis pangan dan iklim. Dr. Yayuk Farida Baliwati, dosen IPB sekaligus pakar Manajemen Sumberdaya Pangan dan Gizi mengungkapkan pentingnya pangan berbasis sumberdaya lokal.

“Keberlanjutan ekosistem pangan harus memperhatikan penduduk, kesehatan, dan lingkungan hidup baik alam maupun sosial. Tolak ukur keberlanjutan sistem pangan bisa dilihat dari sisi kuantitas dan kualitas ketersediaan dan konsumsi pangan sesuai dengan kecukupan gizi seimbang. Pangan yang diutamakan adalah pangan lokal untuk mengurangi dampak negatif kerusakan lingkungan,” ujar Dr Yayuk.

Pasar Seni Payakumbuh 2022 akan menghadirkan berbegai bentuk ritual dan kesenian tradisi yang berhubungan ketahanan pangan, seperti ritual bakaua adat.

Selain itu, juga akan dipamerkan berbagai ragam kuliner Minangkabau yang merupakan produk dari lingkungan rumah gadang dan pertanian di Sumatera Barat. 

Tidak hanya dipamerkan, kuliner tersebut bisa dinikmati dalam bentuk penampilan ala tradisi mulai dari memasak hingga menghidangkannya. Setiap produk kuliner akan ditempatkan dalam sebuah stand dengan jumlah total 22 stand. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *