Berbicara soal air terjun, sepertinya Kabupaten Limapuluh Kota tidak pernah habis dengan cerita air terjun yang dewasa ini hadir sebagai salah satu destinasi wisata alam di Sumbar. Selain Air terjun Lembah Harau, baru-baru ini juga ada Air Terjun Lubuk Bulan dan Sarasah Barasok yang menjadi perbincangan cukup hangat di kalangan traveler.
Namun kali ini sebuah air terjun yang berada cukup jauh ke pedalaman Desa Harau yang terletak di jorong Gontiang, Kenagarian Harau menjadi daya tarik tersendiri bagi sekawanan anak muda Kota Payakumbuh yaitu Rovindo Maisya, Artho Viando dan temannya Suhendra untuk menghabiskan waktu liburannya. Jarak yang cukup jauh harus dilalui sebelum memasuki kawasan hutan di daerah Jorong Gontiang, Kenagarian Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.
Menempuh perjalanan lebih kurang satu jam dengan menggunakan mobil dengan jarak 20km dari Kota Payakumbuh tidak membuat Artho dkk patah semangat. Melewati jalan beraspal dan jalan tanah serta bebatuan membuat alumni Universitas Padjajaran tersebut semakin tertantang untuk menjelajahi hutan dan perbukitan yang terhampar disepanjang jalan melewati Desa Harau tersebut.
Lebih kurang satu jam berkendara, rombongan yang datang dengan senjata lengkapnya yaitu beberapa buah kamera dan tripod serta slider tersebut akhirnya sampai di kawasan yang terlihat seperti sebuah tempat wisata. Tapi semak belukar dan tanaman liar yang merambat membuat pemikiran sebagai tempat wisata tersebut menjadi terpatahkan.
Tanpa pikir panjang, Rovindo dkk pun langsung berjalan memasuki hutan dengan menyusuri jalan setapak yang sepertinya sudah mulai jarang dilalui warga sekitar maupun wisatawan. Hanya membutuhkan waktu 10 menit berjalan kaki, deru air terjun yang dikenal dengan sebutan Sarasah Murai pun mulai terdengar.
Hawa sejuk dan sesekali nyanyian burung pun menyapa rombongan hingga akhirnya sampai di bawah air terjun yang diperkirakan setinggi 10-15 meter tersebut. Aliran yang cukup deras dan bentuk air terjun yang seperti bertingkat mengobati rasa lelah yang hilang begitu saja.
“Subhanallah,” ucap Artho dan Rovindo yang takjub menyaksikan keindahan Sang Pencipta tersebut.
Sarasah Murai, Lembah Harau, Kabupaten Limapuluh Kota (Foto: Artho Viando)
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Artho yang memiliki keinginanan untuk mengabadikan air terjun tersebut lewat video, langsung mengambil posisi dan memasang peralatan untuk mengambil gambar Sarasah Murai ini dari berbagai angle. Sedangkan Rovindo yang punya hobi fotografi, tidak mau ketinggalan untuk mengabadikannya lewat jepretan dari kamera Nikon D90 nya.
Setelah puas menikmati keindahan dan kesejukan Sarasah Murai, rombongan yang terdiri dari tiga orang tersebut langsung berkemas dan kembali ke Kota Payakumbuh. Disepanjang jalan keluar dari hutan, terlihat beberapa sampah yang sepertinya sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian wisatawan yang membuang sampah sembarangan.
“Coba lihat, mereka hanya bisa menikmati keindahan alam saja tanpa bisa menjaganya,” ujar Rovindo kepada Artho dan Suhendra.
Menurut cerita salah seorang tokoh masyarakat di kawasan Harau, Atuak Suar, Sarasah Murai ini telah lama ada dan menjadi salah satu air terjun yang cukup bagus dahulunya. Namun saat ini zaman yang telah berubah secara tidak langsung mengubah wajah dari Sarasah Murai secara perlahan.
“Dulunya sekitar tahun 1970 an, air terjun yang berada di dalam hutan tersebut banyak dihinggapi oleh burung murai beraneka jenis. Sehingga hal inilah yang menyebabkan air terjun tersebut dikenal dengan nama Sarasah (air terjun) Murai,” ujar Atuak Suar saat ditemui di rumahnya.
Ia juga menjelaskan, selain Sarasah Murai tempat yang juga menjadi tujuan dari wiasatawan datang ke Lembah Harau ini adalah Bukit Ngalau Seribu. Setiap bulannya, ia selalu membawa beberapa rombongan untuk berkunjung ke Bukit Ngalau Seribu yang terletak cukup jauh ke dalam hutan.
“Dibutuhkan beberapa jam berjalan kaki sebelum sampai ke Ngalau Seribu. Kalau ingin ke sana sebaiknya datang lebih pagi agar bisa perjalanan balik hari terlaksana. Tapi kalau tidak kemungkinan untuk menginap juga bisa dilakukan,” kata Atuak Suar. (*)