SudutPayakumbuh.com – Pemburu di Manchester City menjadi judul buku dari Hanif Thamrin, satu-satunya orang Indonesia yang bekerja di Manchester City Football Club. Pria kelahiran Jakarta, 31 Maret 1986 ini memilih Kota Payakumbuh sebagai salah satu lokasi soft launching yang sebelumnya juga telah diluncurkan di Jakarta pada 25 Juli lalu tersebut.
Pemburu di Manchester City ini merupakan salah satu novel inspiratif yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Editor Senior Gramedia Pustaka Utama Mirna Yulistianti mengatakan buku tersebut sangat inspiratif dan cocok sebagai salah satu buku motivasi bagi pembaca.
“Buku novel ini diterbitkan karena kisahnya yang inspiratif tanpa menggurui. Buku ini berisi bukti bahwa orang Indonesia punya kualitas untuk bersaing di dunia kerja Internasional. Bukti inilah yang penting disebarkan agar menular dan dapat dijadikan sebagai pemicu semangat oleh pembaca dalam meraih cita-cita,” kata Mirna yang ikut hadir dalam soft launching bertajuk Laga Anak Rantau Menembus Dunia ini di Medan Nan Bapaneh Ngalau Indah, Kamis (4/8/2016) bersama Walikota Payakumbuh Riza Falepi, Kepala Dinas Pendidikan Hasan Basri dan Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Syahnadel Khairi.
Hanif Thamrin merupakan alumnus FH Unpad dan pernah bekerja di tiga stasiun TV nasional dan dua instansi pemerintahan sebelum hijrah ke London. Bermodalkan sebuah tekad yang nekat dan ingin bisa kuliah serta kerja di luar negeri, ia pun berangkat ke London hingga akhirnya mencicipi kehidupan keras menjadi tukang cuci mobil, kuli angkut, door to door sales, pelayan restoran dan kasir.
Namun dengan tekad kuat dan kegigihan yang dimilikinya, ia pun bisa menyelesaikan pendidikan Master TV Journalism di Goldsmith University of London dan mendapat kesempatan magang di BBC. Sehingga kesempatan tersebut akhirnya mengantarkan Hanif yang pernah dibesarkan di Payakumbuh menjadi jurnalis di Manchester City Football Club.
“Saya menulis buku ini untuk mengubah paradigma orang tua tentang karir. Pasti setiap orang tua ingin terbaik untuk anaknya, tapi terkadang orang cenderung mendorong tanpa mempertimbangkan apa yang disukai oleh anaknya. Sedikit berbcerita, ketika ayah saya masih hidup, Uni saya Ratih didorong untuk menjadi seorang diplomat sehingga mengambil jurusan Hubungan Internasional dan saya menolak. Belakangan di dunia kerja, saya merasakan begitu banyak tantangan dan percayalah tantangan ini lebih ringan untuk dihadapi ketika kita mengerjakan bidang yang kita cintai,” kata Hanif Thamrin menjelaskan.
Masa-masa awal bekerja di Manchester City dikatakannya tidak mudah dan penuh rintangan. Selama mengawali karir di sana, tidak ada yang mengajak berbicara, duduk bersamanya saat makan siang, dan kegiatan lainnya. Tapi dengan kegigihan yang dimilikinya, ia pun kini menjabat sebagai International Content Producer di klub sepakbola yang sudah berdiri sejak tahun 1880 tersebut.
“Saya dibesarkan di Payakumbuh, bersekolah SD sampai kelas 1 SMA di sini. Meskipun Payakumbuh bukan kota Metropolis, tapi saya membuktikan orang indonesia atau Payakumbuh bisa bersekolah sampai lulus dan bekerja di London dan Manchseter,” kata Hanif.
Kini, meliput Manuel Pellegrini dalam setiap konferensi pers, melaporkan laga kelas dunia di Etihad Stadium, wawancara Les Chapman, membuat video dengan Kelechi Iheanacho untuk fans Indonesia menjadi pengalaman berharga yang dirasakannya. Ia mengatakan buku Pemburu di Manchseter Biru ini juga sebagai penyampaian cerita luar biasa kepada pendukung City agar mereka paham bahwa mereka tidak mendukung klub yang salah. (*)