Omega Basketball Academy Payakumbuh yang baru berjalan sebulan sudah memiliki 45 peserta didik yang di rekrut dari usia dini tiga tahun hingga 12 tahun.
Ketua Omega Basketball Academy Roni Syaputra mengatakan awal mulanya akademi ini sudah terbentuk dan berjalan lama, untuk akademi ini ide awalnya ketika melihat club omega yang awalnya merekrut di usia SMP dan di usia itu ada namanya gerak dasar motoric anak yang sudah terbentuk sehingga alangkah baiknya memulai dari usia dini.
“Otomatis mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan ini gerak kasarnya sampai otomatisnya itu terlatih dengan baik maka timbullah ide teman-teman bagaimana kita kumpul lagi dan adakan untuk rekrut peserta didik dari usia dini,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa untuk maksimalnya usia 12 tahun karena di usia 13 tahun nanti tim pelatih akan menganjurkan peserta didik ini masuk ke klub yang mereka suka.
Roni menambahkan bahwa dalam mempersiapkan Omega Basketball Academy dilakukan sudah sejak 2021 dan pelaksanaanya baru bisa terpenuhi di 2023, dimana akademi ini diisi oleh beberapa pengurus mulai dari tim management, tim administrasi, dan tim coaching staff yang berlatarbelakang guru olahraga.
“Pelatih ada tiga orang, saya sendiri, pak Anton dan pak Wen kemudian asisten pelatih, ada Faiz, Faldi, dan Melati. Untuk Tim admin ada Rival handle perlengkapan, Ance bendahara keuangan. Jadi kami punya tugas masin-masing biar lebih fokus, supaya manajerialnya berjalan dengan baik,” ujar Roni saat ditemui sudutpayakumbuh.com di Hall Basket Lundang pada Minggu, 5 Maret 2023.
Menurutnya, latihan-latihan yang diperoleh oleh masing-masing perserta didik terbagi atas latihan untuk peserta regular dan peserta anak usia dini, dimana latihan rutin ini diadakan tiap Sabtu sore pada pukul 15.00 WIB -17.00 WIB dan Minggu pagi pada pukul 10.00 WIB -12.00 WIB di Hall Basket Lundang dekat Kampung Cina.
“Pertama dari segi alat kami memakai alat yang istilahnya dimodifikasi ringnya, kita punya ring yang kecil atau pendek, terus untuk ukuran bola kami sesuaikan dengan usia anak karena disaat anak memegang bola dengan ukuran standar, gerakannya tidak akan maksimal sebab bolanya besar dan berat,” katanya.
Kemudian Untuk porsi latihan di Omega Basketball Academy, otomatis tim pelatih tidak menekankan latihan itu secara fisik karena mengetahui kondisi anak tidak semua sama sebab kalau cenderung untuk fisik maka anak akan gampang bosan yang akhirnya membuat berhenti.
“Makanya porsi latihan dilakukan dalam bentuk permainan latihan yang fun. Bikin pos-pos tertentu tanpa mereka sadari fisik mereka sudah terlatih sebenarnya,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa pada awal membuka Omega Basketball Academy banyak terbentur dengan kondisi sulit dari segi sarana dan prasarana yang keseluruhannya bergerak dari nol.
“Saat itu kita gak punya dana yang banyak cuma ini sumbangan dari wali murid, jadi untuk di awal latihan ini kami isitilahnya wali murid itu membayar sebesar 275.000 gunanya untuk 150.000 itu untuk jersey yang dipakai anaknya, 125.000 lagi kita beli bola, target kami satu anak satu bola, jadi anak-anak lebih banyak memegang alat, dan tambahan dari beberapa senior senior yang sudah berhasil kami buat ring ” ujarnya.
Sementara itu, untuk mencari tempat latihan menurut Roni itu adalah bagian yang cukup sulit karena sejak awal berkeinginan latihan di GOR baru Tanjung Pauh namun karena ada beberapa pertimbangan lainnya dari Disparpora Payakumbuh yang mengatakan GOR hanya diperuntukkan untuk kegiatan event saja bukan tempat latihan, sedangkan lapangan-lapangan outdoor sudah diisi semua sama klub-klub yang lain.
“Timbullah inisiatif dari teman-teman kalau hall basket lundang yang lama kita berdayakan kembali gimana, awalnya ini udah gak keurus lagi. Tapi kita coba aja dengan bayar bulanan 500 ribu perbulan. Tapi gak masalahlah asal latihan tetap jalan. Itulah kondisi di awal yang sulit,” jelas Roni.
Roni berharap Omega Basketball Academy ini bisa terus konsisten, peserta didik tidak harus bertambah juga tidak menjadi masalah tapi nantinya setiap bulannya akan memperbaiki kualitas dan melakukan evaluasi dari kekurangan yang ada.
“Tujuannya adalah di zaman digital ini anak- anak sering disibukkan dengan gadjet sehingga salah statu solusi biar anak-anak melupakan sejenak aktifitas itu dengan berolahraga dan akhirnya akademi ini nantinya akan melahirkan anak- anak yang berprestasi dibidang olahraga khususnya bola basket, ke depannya akademi ini semakin berkembang dan kami punya tempat latihan yang tetaplah dan Pemerintah Kota bisa support,” ujarnya.