Sudut Payakumbuh – Musyawarah Tuo Silek bersiap digelar pada 20-22 Mei 2022 mendatang di Balai Kaliki, Kanagarian Koto Nan Gadang, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh.
Selama ini Silek mungkin lebih dikenal sebatas sebagai ilmu beladiri tapi sebenarnya Silek memiliki potensi lebih luas dan tidak hanya bicara soal mempertahankan diri atau menyerang lawan di gelanggang tapi juga soal pendidikan karakter.
Dalam iven yang akan dilangsungkan di Balai Kaliki, Kanagarian Koto Nan Gadang ini sendiri akan digali dan diangkat kembali Silek sebagai bagian dari model pendidikan klasik Minangkabau.
Zuari Abdullah, salah satu fasilitator Musyarawarah Tuo Silek mengatakan pendidikan karakter ala Silek penting untuk dikenalkan pada generasi hari ini karena ia sejatinya adalah tumpuan serta landasan yang kokoh yang bisa digunakan generasi hari ini untuk menghadapi berbagai tantangan kekinian.
“Pendidikan karakter ala Silek merupakan kearifan lokal yang telah ada jauh sebelum diperkenalkannya pendidikan karakter ala Barat yang sekuler lewat sekolah-sekolah modern, contohnya Silek dan Surau di masa lalu telah terdapat semacam pola pendidikan klasik dan pola tersebut masih relevan hingga saat ini,” kata praktisi dan peneliti Silek ini.
Ia menambahkan dalam berbagai ungkapan, mamangan atau pada nilai-nilai filososif Silek tradisi itu sendiri sehingga sudah sepantasnya nilai-nilai tersebut digali kembali dan diperkenalkan pada generasi hari ini, sesuai dengan amanat serta semangat Undang-undang Pemajuan Kebudayaan 2017.
“Dalam Musyawarah Tuo Silek yang akan diadakan oleh Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat itu akan dirumuskan juga strategi untuk mengemas pola-pola pendidikan klasik tersebut agar sesuai dengan perkembangan zaman sehingga untuk mewujudkan upaya pengenalan pendidikan karakter ala Silek ini, dibutuhkan kerjasama semua pihak, mulai dari masyarakat pada umumnya, pemerintah, lembaga-lembaga seperti LKAAM, serta institusi pendidikan termasuk kampus”, kata Buya Zuari yang juga penulis buku Menyingkap Rahasia Keunikan Silek Minang.
Ia menjelaskan bahwa para akademisi di kampus-kampus, misalnya bisa memproduksi tulisan-tulisan ilmiah terkait pendidikan karakter ala Silek ini dan berharap melalui Musyawarah Tuo Silek ini Silek sebagai way of life, sebagai pandangan hidup, yang di dalamnya tercakup pendidikan karakter, dapat ditemukan cara agar ia terintegrasi dengan kurikulum pendidikan.
“Selain mencoba menggali dan mengangkat kembali Silek sebagai media pendidikan, Musyawarah Tuo Silek juga akan merumuskan kaitan antara Silek dengan bidang kehidupan lain seperti pertanian, ekonomi, kehutanan, politik, dan seterusnya. Silek yang merupakan way of life, mesti dilihat dalam cakupan yang lebih luas,” ujarnya.
Menurutnya, sistem pengetahuan yang terkandung dalam konsep-konsep pada Silek seperti langkah tigo, langkah ampek, langkah sambilan, atau sajangka duo jari, sejatinya bisa diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan yang lebih luas.
“Konsep seperti ‘balabeh’ yang merupakan konsep pembangunan karakter dibakal dikenalkan pada generasi hari ini dan begitu juga dengan mamangan seperti kato bakieh rundiang bapamisa yang sejatinya merupakan konsep pembangunan kecerdasan.
Dikatakannya, Silek juga akan dikenalkan sebagai suatu landasan pengetahuan lengkap dengan pengenalan tujuh tokoh utama yang mengajarkan karakter silat.