Ada beberapa situs terkait Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Kabupaten Limapuluh Kota, salah satunya adalah rumah yang menjadi tempat perundingan PDRI yang terletak di Padang Japang, Kecamatan VII Koto Talago, Kabupaten Limapuluh Kota.
Rumah kecil ini berukuran 3×2 meter yang dinding luarnya bertuliskan Museum Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Sudah menjadi museum pada tahun 1990-an, disebutkan dari laman padangkita.com bahwa rumah asli yang dijadikan tempat perundingan PDRI sudah hancur.
Pemilik rumah adalah Hj. Djawahir Mahmud yang sudah meninggal dan yang berinisiatif menjadikan rumah perundingan PDRI sebagai museum ialah Hj. Djawanis, anak dari pemilik rumah tersebut.
Rumah tersebut menjadi lokasi perundingan antara pemimpin PDRI Sjafruddin Prawiranegara dengan utusan Soekarno-Hatta, yakni M. Natsir, Dr. J. Leimena, Dr. A. Halim, dan Agus Yaman pada 6 Juli 1949 yang membahas penyerahan kembali mandat PDRI ke pemimpin RI di Yogyakarta.
Jumat pagi, 24 November 2023 sudutpayakumbuh.com bersama Tim Penggiat Budaya Kota Payakumbuh mampir ke situs bangunan ini, bertemu Juru Pelihara (Jupel), Adrianto atau Anton sapaan akrabnya. Ia adalah petugas yang ditempatkan di bangunan, struktur, atau situs cagar budaya untuk melakukan pemeliharaan cagar budaya.
Menurutnya biasanya bagi tamu-tamu yang akan datang selalu mencarinya untuk meminta izin masuk melihat galeri yang ada di dalam rumah. Ketika Sudut Payakumbuh dan Tim Penggiat Budaya berada di dalam rumah, kondisinya miris sekali, rumah tersebut sangat memprihatinkan. Banyak foto-foto yang terpajang di dinding bercat serba putih yang sudah terkena rembesan air.
Beberapa frame foto dokumentasi tersebut ada yang sudah tidak jelas wujudnya karena menghitam. Tak hanya itu, debu dan semut pun turut menyelimuti foto-foto yang menceritakan sejarah pada masa lampau itu. Bahkan yang lebih fatalnya, terdapat atap yang sudah rusak dan terbuka sehingga menampakkan celah bagian luar.
“Bersih-bersihnya seperti nyapu dan lainnya sekali tiga hari biasanya. Jika ada kerusakan saya laporkan ke BPK di Batusangkar, waktu itu udah dilaporkan, cuma belum ada respon. Pernah sekali mereka ke sini, waktu itu udah bocor juga dan nampak langit di luar, yaudah saya ganti daripada habis semuanya,” ungkap Anton.
Ia juga menyebutkan dikarenakan ketika itu belum adanya respon dari aduan yang disampaikan sedangkan atap tersebut sudah parah maka Anton berinisiatif duluan untuk memperbaiki secara pribadi.
“Ada yang saya beli pribadi untuk perbaiki sekitar 10 helai. Rusaknya bagian loteng bocor saja dan itu udah setahun yang lewat saya ganti,” tambahnya.
Sementara itu, menurutnya meski terlihat sepi pengunjung namun juga banyak yang antusias datang berkunjung, kebanyakan anak-anak sekolah. Ada yang datang dari Suliki, Guguak, Belubuh, anak anak SD bahkan tahun kemarin ada yang datang dari Padang, Medan dan kali ini dari Payakumbuh.
“Paling jauh berkunjung itu dari Padang dan Medan,” katanya.
Di luar pekarangan museum PDRI yang luas itu juga terdapat Tugu Peringatan yang bertuliskan “Di sini Rumah Tempat Perundingan PDRI dengan Delegasi Bangka 6 Juli 1949”, dan Musala. Lokasi salah satu cagar budaya ini mudah diakses karena posisinya tepat berada di tepi jalan menjorok ke dalam.