SudutPayakumbuh.com – Kejuaraan Paralayang Bali Internasional Paragliding Accuracy Championship (BIPGAC) 2022 yang diselenggarakan sejak Jumat-Minggu 26-28 Agustus 2022 di Site Landing Paralayang di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung hantarkan Rira Nurhakim, Atlet Paralayang asal Lima Puluh Kota menyabet medali emas dalam kategori ketetapan mendarat perorangan putri.
Rira saat dihubungi SudutPayakumbuh.com mengaku memulai karirnya sejak kelas 1 SMP. Ia mengatakan awalnya sedang memperdalam karate diajak oleh saudara laki-lakinya untuk mengikuti jejak kakaknya di paralayang.
“Waktu itu disuruh ikut, soalnya atlet paralayang yang cewek dikit, yaudah deh berhenti karate habis itu keterusan di sini dan dari situ sih awalnya,” ujar Rira, Kamis, 1 September 2022.
Anak didik dari Bungsu Aero Sport Club yang baru berusia 17 tahun ini mengatakan saat ia sedang bermain kesulitan yang paling utama dirasakan adalah meghadapi ketinggian karena memacu adrenalin.
“Intinya harus kuatin mental sih, kalau terkait fisik seperti berat badan, misalnya berat badan segini ada parasut khususnya, kalau badan kita kecil parasutnya juga kecil, kalau badan kita tinggi parasutnya juga gede. Keseruannya saat kejuaraan itu kita bisa jalan-jalan, kayak kemaren kapan lagi kan bisa ke Bali,” katanya.
Sambil mengaduk kopinya, Rira menjelaskan bagaimana proses latihan yang biasa ia lakukan saat Sabtu dan Minggu. Ia mengatakan bahwa dalam proses awal latihan para atlet biasanya disuruh melakukan ground handling latihan di bawah ditempat landing, setelah itu mengangkat parasut, jika sudah benar bisa ke takeoff untuk terbang sendiri,
“Tapi kalau belum berani sendiri di suruh tandem atau terbang berdua. Kalau masih takut ya, nanti yang penakut gitu bisa pingsan di atas lho, akibatnya fatal. Kalau bawa orang tandem gitu harus ada lisensi khususnya,” ujarnya.
Dilansir dari sendangpinilih.com, latihan ground handling merupakan latihan dasar untuk melambungkan parasut sebelum melakukan first jump di atas takeoff. Ground handling untuk pemula biasanya dilakukan di lapangan, latihan pun dibantu oleh guru atau para senior pilot yang sudah mahir dalam hal memainkan paralayang.
Saat latihan pun Rira menjelaskan bahwa dirinya sering kali gagal untuk terbang yang nyangkut di tepi jurang yang disebabkan angin sehingga gagal sampai di tempat landing.
“Pas latihan sering gagalnya, gagal itu ya nyangkut di jurang, tepi-tepi jurang itu kan tempat takeoffnya landai terus bawahnya jurang, jadi kalau gagal misal anginnya kecil ya nyangkut, abis itu entar ada yang nolongin, diangkat gitu,” ujarnya.
Tak hanya paralayang, siswi kelas tiga SMAN 1 Simalanggang ini juga memiliki kegemaran lain yaitu bermain basket, badminton, dan volli. Saat ditanya perihal membagi waktu antara sekolah dan latihan sebagai atlet, ia menyebutkan antara keduanya saling mendukung.
“Bagi waktu sekarang sih masih ngejar buat tugas yang kemarin, sebelum ke Bali kan ada kejuaraan di Kemuning, nah tugas yang di situ belum dikerjaain, wali kelasnya baik sih. Dikerjain dulu semampunya, kalau masih capek jangan dipaksa sih. Alhamdulillah sekolah, walas sama kepseknya mendukung,” katanya.
Menurutnya, meski sudah berhasil menjadi juara 1 dalam kategori perorangan putri di Bali, itu semua tidak membuat Rira berpuas hati karena masih ada target dan mimpi yang ingin dicapai.
“Target ke depannya, pengen bantu Sumatera Barat di PON Aceh sih, Pra PON nya tahun depan PON nya 2024, sama ada kejurnas-kejurnas juga,” ujarnya.
Ia berharap dapat melakukan latihan rutin karena diakuinya latihan 2 kali seminggu yang telah dilakoninya dirasa kurang cukup sekaligus Latihan tersebut dilakukannya untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan saat kompetisi.
“Harapannya pengen lebih rutin latihan soalnya kan kalo dua kali seminggu untuk terbang itu rasanya gak cukup, perbaiki kesalahan kita yang di PON Papua kemarin. Kan yang di PON Papua yang cowoknya gak dapat. Terus lebih tingkatin disiplin, pokoknya di PON Aceh kita harus lebih baik lagi, Aamin,” katanya. (Lail)