Museum Situs Lubang Tambang Batubara Soero yang terletak di Jalan Abdurrahman Hakim Tanah Lapang, Lembah Segar, Kota Sawahlunto. Lubang tambang ini menyimpan cerita kelam, kejam dan kerasnya kehidupan narapidana yang dijadikan buruh paksa di zaman pemerintahan kolonial.
Orang rantai atau dikenal dengan nama ketingganger merupakan sebutan bagi narapidana yang dijadikan buruh paksa pada zaman kolonial. Narapidana tersebut dijadikan buruh untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar seperti membuat jalur kereta api, perkebunan, maupun pertambangan.
Di Tambang Batu Bara Ombilin orang rantai diperkerjakan untuk menggali terowongan batu bara, narapidana tersebut ditempatkan di beberapa penjara, salah satunya penjara di Sungai Durian. Dari sel digiring opzeitter ke lokasi tambang dengan kondisi kaki dan tangan di rantai.
Dalam kondisi tubuh dirantai, mereka bekerja dipaksa untuk menjadi kuli tambang, jumlah orang rantai yang bekerja pada saat itu mencapai hingga ratusan orang. Narapidana tersebut diperlakukan secara tidak manusiawi, dengan jam kerja siang sampai malam tanpa adanya pemberian makanan yang layak, yang di dapat hanya tenaga terkuras habis untuk menyelesaikan konstruksi lubang tambang dan upah yang kecil.
Pada saat itu, jumlah produksi batubara yang dihasilkan orang rantai pada 1892 sebanyak 48.000 ton. Kemudian meningkat menjadi 196.207 ton pada tahun 1900. Hal ini membuktikan keberadaan lubang tambang Soegar sangat berpengaruh pada produksi batubara.
Meski begitu, meningkatkanya produksi batubara juga mendatangkan penderitaan bagi buruh paksa. Nasib mereka sangat menyedihkan, rata-rata tiga kali setahun buruh paksa atau orang rantai mendapat hukuman cambuk.
Selain perkelahian diantara sesama buruh untuk memperebutkan barang-barang langka seperti rokok dan uang yang menimbulkan tidak sedikit korban jiwa. Kejadian ini dibiarkan oleh mandor tambang dengan syarat jumlah produksi tidak kurang dari 6 ton/shift setiap kelompok.
Tour Guide Fransisko Firdaus mengatakan untuk operasionalnya lubang ini beroperasional pada 1898 hingga tahun 1930. Baru kali itu ditinggalkan oleh Belanda dan ditutup, sehingga dibuka kmebali untuk objek wisata pada 2007.
Kemudian diresmikan pada 2008 dengan harapan masyarakat yang berkunjung atau pun yang tinggal di sini bisa sama-sama mengenang kembali seperti apa perjuangan narapidana para pahlawan.
“Lubang tambang ini aslinya peruntukan awalnya hanya digunakan sebagai ventilasi udara tambang. Makanya pembukaan lubangnya atau diameter dari lubang ini memang tidak terlalu besar,” kata Fransisko pada Kamis, 3 Agustus 2023
Namun pada akhirnya menurutnya sekarang dikenal dengan sebutan lubang tambang karena pada akhirnya dilakukan penambangan di sini dengan alasan salah satu umur batubara di kota Sawahlunto ini yang siap di panen pada masa pemerintahan Belanda adalah area ini.
“Yang asli struktur bangunannya saja, kalau yang ini sekarang jadi anak tangga ya, aslinya ini rel karena pada masa itu seiring berkembangnya zaman, metode tambang atau peralatan tambangnya pun sudah menggunakan peralatan yang terbarukan. Sudah tidak menggunakan keranjang lagi,” ujarnya.
Fransisko juga menjelaskan Soero sebenarnya adalah cara bagi pemerintah Kota Sawahlunto untuk memviralkan lubang tambang ini. lubang ini aslinya bernama Lubang Tambang Sugar. Cuma pada masa itu menurut saksi sejarah keturunan Etnis Jawa menyebut lubang ini dibuka pada tanggal 1 Suro atau 1 Muharam kelender Jawa.
“Sekarang setelah merdeka letaknya di bawah Surau yang ada di atas tadi, nah salah satu mandornya yag terkenal masa itu namanya Soerono jadi Soero sehingga lubang ini kita kasih nama Lubang Tambang Batu Bara Soero. Posisinya kita sekarang udah di bawah sungai, tidak lagi sejajar dengan sungai tapi di bawahnya, pas dititik ini,” jelasnya.
Untuk objek wisatanya sendiri, pengunjung yang datang cukup membayar uang masuk sebesar 10.000 dan nantinya akan didampingi oleh Tour Guide mengelilingi museum dan masuk ke dalam lubang tambang untuk berjalan melewati terowongan sepanjang 185 meter. Pengunjung nanti akan melihat atap dan dinding yang terbuat dari batubara.
Uniknya ketika memasuki lubang penambangan dari satu sisi jalan, nanti untuk pintu keluarnya melewati dari sisi lain, jadi tidak kembali ke posisi awal masuk. Untuk keamanannya, pengunjung nanti akan diarahkan ke ruang ganti untuk memakai helm dan rompi keselamatan, serta sepatu boots. Setelah itu pengunjung hanya tinggal mengikuti instruksi dari educator museumnya. Museum ini buka dari Senin-Minggu pukul 09.00-17.30.