Cuma kelola sampah, Desa atau Nagari Situjuah Batua di Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, bisa meraup pendapatan asli nagari/desa hingga puluhan juta rupiah setiap tahunnya. Menariknya, pendapatan yang diperoleh dari pengelolan sampah itu, dikembalikan lagi kepada masyarakat setempat, dalam bentuk bantuan pendidikan, bantuan sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan masyarakat desa dan adat.
Wali Nagari (Kepala Desa) Situjuah Batua, Dhon Vesky Dt Tan Marajo bersama Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Nagari Zul’adi dan Pucuk Adat Situjuah MKH Dt Majo Kayo, mengatakan, Pemerintah Nagari Situjuah Batua mulai mengelola sampah secara profesional pada 2018 silam. Saat ini, jumlah sampah yang dikelola setiap hari mencapai 2 ton.
“Sampah-sampah tersebut, berasal dari sampah rumah tangga, sampah pasar tradisional, sampah perkantoran dan sekolah. Sebelum diangkut setiap pagi oleh 5 petugas kebersihan, dengan menggunakan 2 becak motor dan 1 mobil, sampah-sampah itu dibuang masyarakat ke dalam 1.000 tong sampah yang disediakan pemerintah nagari di rumah-rumah penduduk, pasar nagari, dan perkantoran, serta titik-titik strategis,” kata Tan Marajo.
Wali Nagari pilihan rakyat ini menyebut, 2 ton sampah yang ada di Situjuah Batua setiap harinya, sebagian dikelola di rumah Kompos yang disiapkan Badan Usaha Milik Nagari (BumNag) dan pemerintah nagari dengan binaan dari Universitas Andalas (Unand) Padang. Sedangkan sebagian lainnya, dibuangke TPAS Regional Sumbar di Taratak, Padangkarambia, Kota Payakumbuh, melalui kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Limapuluh Kota.
Menurut Tan Marajo dan Zul’Aidi, dalam pengelolaan sampah di Nagari Situjuah Batua, partisipasi masyarakat sangat tinggi. Bahkan, masyarakat setiap bulannya, membayar iuran Rp10 ribu setiap keluarga, untuk pengangkutan sampah ke rumah-rumah mereka. “Di Situjuah Batua, sampah menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Nagari yang diatur melalui Peraturan Wali Nagari Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah,” kata Zul’Aidi.
Menariknya, meski menjadikan pengelolaan sampah sebagai salah satu sumber pendapatan asli nagari, namun Pemerintah Nagari Situjuah Batua tetap membebaskan masyarakat tidak mampu dari biaya iuran yang dipungut setiap bulan. Sedangkan masyarakat kurang mampu, boleh membayar separuh dari jumlah iuran tersebut.
Kemudian, seluruh pendapatan asli nagari yang diperoleh dari pengelolaan sampah ini, sebesar 20 persen digunakan pemerintah Nagari Situjuah Batua untuk membiayai operasional petugas kebersihan dan petugas pemungut iuran yang berasal dari kader KB/Yandu/PKK. Sedangkan 80 persen dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan pendidikan (buku sekolah, tas, sepatu), banntuan sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan adat dan budaya.
“Jadi, uang rakyat, kami kembalikan lagi kepada rakyat. Pendapatan asli nagari, termasuk dari pengelolana sampah, kami kembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuak bantuan pendidikan, bantuan sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan adat dan budaya,” kata DV Dt Tan Marajo.
Selain mengelola sampah setiap hari, Pemerintah Nagari Situjuah Batua juga berupaya menjaga kebersihan di nagari tersebut, dengan membuat empat program gotong royong yang berjalan efektif sampai sekarang. Program pertama adalah gotong royong wajib setiap hari Jumat secara bergilir pada enam jorong. Dihadiri oleh seluruh perangkat nagari, Bamus Nagari, Linmas nagari , tim pengelola sampah, Pokja Sampah, dan masyarakat.
Program kedua adalah gotong royong rutin khusus bagi Bundo Kanduang, kader PKK, kader Pos Yandu/KB yang digelar setiap hari Minggu secara serentak di seluruh jorong. “Gotong royong rutin kaum Ibu ini hanya berlangsung setengah jam setiap hari minggu dan fokus membersihkan sampah plastik. Sebab, sampah plastik ini ancaman bagi bumi,” kata Tan Marajo.
Sedangkan program ketiga adalah gotong royong istimewa yang diperlakukan untuk menghadi Hari Besar Nasional dan Hari Besar Islam. Sementara program keempat adalah gotong-royong khusus yang diperlakukan apabila ada keadaan tanggap darurat. Dalam keempat program gotong-royong ini, masyarakat yang tidak bisa hadir, tidak dikenai denda apapun. Cukup memberitahu saja, bahwa yang bersangkutan tidak bisa hadir. Tapi kalau tidak hadir tanpa pemberitahuan, baru diberi surat teguran.
“Apabila surat teguran tak diindahkan, tinggi bak langit, keras bak batu, baru pemerintah nagari memberi sanksi, berupa tidak dilayani dalam urusan apapun. Namun sejauh ini, belum ada yang kena sanksi. Malah, seluruh masyarakat hadir dalam gotong royong setiap minggu. Begitu pula dengan perangkat nagari dan lembaga nagari, bahkan niniak mamak pun juga ikut, karena memang di Situjuah Batua ini, hubungan lembaga-lembaga nagari, termasuk pemerintah nagari dengan lembaga adat, berjalan sangat baik,” kata Tan Marajo, diamini Zul Aidi.
Kini, terobosan yang dilakukan Nagari Situjuah Batua dalam pengelolan sampah, telah menjadi ikon khusus bagi nagari pejuang tersebut. Bahkan, nagari-nagari lain di Kecamatan Situjuah Limo Nagari, kini sudah mengikuti jejak Situjuah Batua. Malahan, tidak hanya di Situjuah, baru-baru ini, nagari-nagari se-Kecamatan Mungka, bersama pemerintah Kecamatan Mungka, juga melakukan studi tiru ke Situjuah Batua.
Jauh sebelumnya, Kelurahan Bungus dari Kota Padang, juga melakukan studi banding ke Situjuah Batua, dalam pengelolan sampah. Begitu pula dengan Nagari Lubuakmalako, Kecamatan Sangirjujuran, Kabupaten Solok Selatan (Solsel), dan Nagari Sungai Tunu Utara, Kecamatan Ranah Pasisie, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel).
Tidak hanya menjadi percontohan bagi nagari lain, sukses Situjuah Batua dalam pengelolaan sampah, juga mengantar nagari ini pada peringkat pertama Indeks Desa Membangun (IDM) di Kabupaten Limapuluh Kota. Sesuai dengan data Kemendes-PDT dan TA P3MD Limapuluh Kota tahun 2019, Nagari Situjuah Batua berada pada peringkat pertama di Limapuluh Kota dengan total nilai IDM 0.848 dengan status IDM sebagai nagari/desa mandiri.
Namun, bagi pemerintah nagari Situjuah Batua, sasaran akhir yang dituju dari pengelolaan sampah, bukan sekadar prestise semata. “Tapi bagaimana, masyarakat memiliki kesadaran akan bahaya sampah bagi lingkungan hidup. Dan Alhamdulilah, kesadaran ini sudah muncul. Bahkan, sudah menjadi karakter. Jika hari ini, masih ditemukan satu dua sampah di jalan raya Nagari Situjuah Batua, dapat dipastikan, itu bukan sampah yang dibuang masyarakat. Tapi sampah yang kadang dilempar oleh pengendara,” kata Kepala Jorong Tangah Situjuah Batua, MA Dt Paduko Rajo Nan Kuniang. (***)
—————-
Mahasiswa Jepang Inspirasi
Nagari di Sumbar Kelola Sampah
Pertengahan 2018 lalu, mahasiswa Osaka City University Jepang, bergabung dengan mahasiswa Universitas Andalas (Unand), Padang, mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Bersamaan dengan itu, juga ikut melaksanakan KKN di Nagari Situjuah Batua, mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan ISI Padang Panjang.
Kehadiran para mahasiswa itu, terutama mahasiswa dari Jepang, menginspirasi pemerintah Nagari Situjuah Batua, dalam mengelola sampah. Kini, Situjuah Batua tercatat sebagai nagari atau desa pertama di Provinsi Sumatera Barat yang mengelola sampah pasar tradisional, sampah rumah tangga, dan sampah perkantoran, secara profesional.
“Jujur kami akui, keikutsertaan mahasiswa dari Jepang dalam kegiatan KKN PPM Unand di Nagari Situjuah Batua pada 2018 silam, menginspirasi kami dalam mengelola sampah. Harus jujur diakui, kita memang jauh tertinggal dari Jepang dalam budaya bersih dan disiplin,” kata Wali Nagari Situjuah Batua, Dhon Vesky Dt Tan Marajo kepada wartawan, kemarin.
Dhon Vesky menceritakan, sewaktu mengikuti KKN PPM Unand pada 2018 silam, mahasiswa dari Osaka City University Jepang, meninggalkan nilai-nilai keteladanan bagi masyarakat Situjuahbatua. “Malu kami, mahasiswa Jepang itu, meski bukan muslim, tapi mengaplikasikan semangat kebersihan itu sebagian dari iman. Mereka, memunguti sampah yang bertebaran di jalan dan pasar nagari kami. Saat makan pisang pun, mereka tak mau buang kulitnya sembarangan. Bahkan, karena tak melihat tong sampah, mereka tak segan-segan menyimpan kulit pisang ke dalam celana,” katanya.
Sikap mahasiswa Jepang dalam menangani sampah,
menjaga kebersihan, dan mengedepankan budaya malu itu, menurut Tan Marajo, menjadi inspirasi bagi dirinya dan pemerintah nagari Situjuahbatua. “Melihat mahasiswa Jepang itu,
kami langsung berfikir, bagaimana pemerintah nagari bisa mengelola sampah yang menjadi persoalan serius bagi Situjuahbatua. Paling tidak, setiap hari, ada 2 ton sampah yang dihasilkan di Situjuah Batua dan itu umumnya adalah sampah plastik,” kata Tan Marajo.
Alhasil, dengan bermodal kekuatan masyarakat dan kekompakan antar lembaga yang ada di Situjuah Batua, pemerintah nagari Situjuah Batua berani mengelola sampah. Kini, ada 1.000 tong sampah yang ditebar di rumah penduduk, perkantoran, dan sekolah di Situjuah Batua. Bila sudah penuh, tong-tong sampah itu dibongkar setiap harinya oleh 5 petugas kebersihan yang ditunjuk pemerintah nagari Situjuah Batua, kemudian diangkut dengan menggunakan 2 becak motor dan 1 unit mobil.
“Sampah rumah tangga, sampah pasar tradisional, dan sampah perkantoran, termasuk sampah plastik yang jumlahnya 2 ton itu, sebagian dikelola di rumah Kompos yang disiapkan BumNag dan pemerintah nagari Situjuah Batua dengan binaan dari Unand. Sedangkan sebagian lainnya, kami buang ke TPAS Regional Sumbar di Taratak, Padangkarambia, Kota Payakumbuh, melalui kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Limapuluh Kota,” kata Tan Marajo.
Dia menyebut, dalam pengelolaan sampah ini,
partisipasi masyarakat Situjuah Batua sangat tinggi. Bahkan, masyarakat setiap bulannya, membayar iuran Rp10 ribu setiap keluarga, untuk pengangkutan sampah ke rumah-rumah mereka. Sedangkan perkantoran dan sekolah di Situjuah Batua, membayar iuran sampah sebesar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu setiap bulannya. Ini diatur melalui melalui Peraturan Wali Nagari Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah.
Menariknya, meski menjadikan pengelolaan sampah sebagai salah satu sumber pendapatan asli nagari, namun Pemerintah Nagari Situjuahbatua, tetap membebaskan masyarakat tidak mampu dari biaya iuran yang dipungut setiap bulan. Sedangkan masyarakat kurang mampu, boleh membayar separuh dari jumlah iuran tersebut.
Kemudian, seluruh pendapatan asli nagari yang diperoleh dari pengelolaan sampah ini, sebesar 20 persen digunakan pemerintah Nagari Situjuah untuk membiayai operasional petugas kebersihan dan petugas pemungut iuran yang berasal dari kader KB/Yandu/PKK. Sedangkan 80 persen dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan pendidikan (buku sekolah, tas, sepatu), banntuan sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan adat dan budaya.
“Jadi, uang rakyat, kami kembalikan lagi kepada rakyat. Pendapatan asli nagari, termasuk dari pengelolana sampah, kami kembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuak bantuan pendidikan, bantuan sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan adat dan budaya,” kata DV Dt Tan Marajo.
Selain mengelola sampah setiap hari, Pemerintah Nagari Situjuah Batua menjaga kebersihan di nagari tersebut, dengan membuat empat program gotong royong yang berjalan efektif sampai sekarang. Program pertama adalah gotong royong wajib setiap hari Jumat secara bergilir pada enam jorong (dusun) di nagari tersebut. Gotong royong wajib setiap Jumat ini dihadiri oleh seluruh perangkat nagari, Bamus Nagari, Linmas nagari , tim pengelola sampah, Pokja Sampah, dan masyarakat.
Program kedua adalah gotong royong rutin khusus bagi Bundo Kanduang, kader PKK, kader Pos Yandu/KB yang digelar setiap hari Minggu secara serentak di seluruh jorong. “Gotong royong rutin kaum ibu ,mini hanya berlangsung setengah jam setiap hari minggu dan fokus membersihkan sampah plastik. Sebab, sampah plastik ini ancaman bagi bumi,” kata Tan Marajo.
Sedangkan program ketiga adalah gotong royong istimewa yang diperlakukan untuk menghadi Hari Besar Nasional dan Hari Besar Islam. Sementara program keempat adalah gotong-royong khusus yang diperlakukan apabila ada keadaan tanggap darurat. Dalam keempat program gotong-royong ini, masyarakat yang tidak bisa hadir, tidak dikenai denda apapun. Cukup memberitahu saja, bahwa yang bersangkutan tidak bisa hadir. Tapi kalau tidak hadir tanpa pemberitahuan, baru diberi surat teguran.
“Apabila surat teguran tak diindahkan, tinggi bak langit, keras bak batu, baru pemerintah nagari memberi sanksi, berupa tidak dilayani dalam urusan apapun. Namun sejauh ini, belum ada yang kena sanksi. Malah, seluruh masyarakat hadir dalam gotong royong setiap minggu. Begitu pula dengan perangkat nagari dan lembaga nagari, bahkan niniak mamak pun juga ikut, karena memang di Situjuah Batua ini, hubungan lembaga-lembaga nagari, termasuk pemerintah nagari dengan lembaga adat, berjalan sangat baik,” kata Tan Marajo.
Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Nagari Situjuah Batua, H Zul’Aidi menyebut, pengelolaan sampah yang sudah dilakukan pemerintah Nagari Situjuah Batua selama hampir setahun belakangan ini, merupakan yang pertama di Sumatera Barat. “Sebelum Situjuah Batua memulai, belum ada pemerintahan terendah di Sumatera Barat yang mengelola sampah secara profesional. Dengan penuh rasa syukur kami sampaikan, Situjuah Batua adalah nagari atau desa pertama di Sumbar yang mengelola sampah secara profesional,” kata mantan anggota DPRD Limapuluh Kota dari PKS ini.
Kini, terobosan yang dilakukan Nagari Situjuah Batua dalam pengelolan sampah, telah menjadi ikon khusus bagi nagariyang pernah menjadi basis perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Sumatera Barat. Bahkan, nagari-nagari lain di Kecamatan Situjuah Limo Nagari, kini sudah mengikuti jejak Situjuah Batua. Malahan, tidak hanya di Situjuah, baru-baru ini, nagari-nagari se-Kecamatan Mungka, bersama pemerintah Kecamatan Mungka, juga melakukan studi tiru ke Situjuah Batua.
Jauh sebelumnya, Kelurahan Bungus dari Kota Padang, juga melakukan studi banding ke Situjuah Batua, dalam pengelolan sampah. Begitu pula dengan Nagari Lubuakmalako, Kecamatan Sangirjujuran, Kabupaten Solok Selatan (Solsel), dan Nagari Sungai Tunu Utara, Kecamatan Ranah Pasisie, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel).
Tidak hanya menjadi percontohan bagi nagari lain, sukses Situjuah Batua dalam pengelolaan sampah, juga mengantar nagari ini pada peringkat pertama Indeks Desa Membangun (IDM) di Kabupaten Limapuluh Kota. Sesuai dengan data Kemendes-PDT dan TA P3MD Limapuluh Kota tahun 2019, Nagari Situjuah Batua berada pada peringkat pertama di Limapuluh Kota dengan total nilai IDM 0.848 dengan status IDM sebagai nagari/desa mandiri.
Namun, bagi pemerintah nagari Situjuah Batua, sasaran akhir yang dituju dari pengelolaan sampah, bukan sekadar prestise semata. “Tapi bagaimana, masyarakat memiliki kesadaran akan bahaya sampah bagi lingkungan hidup. Dan Alhamdulilah, kesadaran ini sudah muncul. Bahkan, sudah menjadi karakter. Jika hari ini, masih ditemukan satu dua sampah di jalan raya Nagari Situjuah Batua, dapat dipastikan, itu bukan sampah yang dibuang masyarakat. Tapi sampah yang kadang dilempar oleh pengendara,” kata Kepala Jorong Tangah Situjuah Batua, MA Dt Paduko Rajo Nan Kuniang. (Rel)