SUDUTPAYAKUMBUH – Sore itu tepat pukul 16.15 saya bersama ketiga teman berpikiran untuk mengunjungi salah satu kedai kopi baru yang ada di daerah Batang Tabik Kabupaten 50 Kota. Orang-orang menyebutnya Dangau Abak.
Kedai kopi ini cukup berbeda dengan kedai-kedai kopi yang biasa ditemui di daerah Kota Payakumbuh. Desain kedai dibuat pondok dua tingkat dengan bahan dasar kayu, di depannya ada banda yang dialiri air bersih dan jernih serta dipagari semacam kayu yang meliuk.
Di lantai dua pengunjung dapat memanjakan mata dengan melihat pemandangan secara luas, kalau biasanya kita sering melihat matahari terbenam di pantai, Dangau Abak menjadi spot utama melihat sunset di sore hari.
Hamparan persawahan yang bersentuhan langsung dengan alam membuat semuanya terlihat indah apalagi dipadukan dengan adanya jalanan setapak yang mengarah ke tengah sawah. Sisi kanan jalan pun terdapat kolam ikan yang membuat pengunjung bisa betah berlama-lama di sana. Udara yang sejuk pun seolah menyapa kedatangan pengunjung yang ingin berkumpul bersama teman-teman.
Dari sisi sebelah kiri dangau juga ada tempat duduk yang dibuat berdekatan dengan banda, biasanya jika waktu salat masuk air yang mengalir di tapian banda menjadi air yang bisa berfungsi untuk wudhu dan lainnya.
Saat itu saya memesan coklat dingin, dan menikmatinya di lantai dua, beberapa pengunjung juga demikian ada yang menikmati kopi susu hangat, kopi hitam dengan tongkang goreng bahkan ada yang hanya sekadar mengambil foto dengan angle persawahan. Mereka semua menikmati dan menghabiskan sore dengan caranya sendiri.
Arvandi, penggagas Dangau Abak bercerita kepada SudutPayakumbuh.com tentang awal mulanya ia membuka kedai kopi. Berawal dari Vandi yang masih berjualan di Padang dekat kampus UNP, kemudian pandemi mulai masuk ke Sumatera Barat yang membuat mahasiswa diliburkan sehingga sementara waktu usahanya ditutup dan ketika pulang ke Payakumbuh ia melihat lahan untuk bertani.
”Waktu itu rasanya suntuk jadi ada lahan di area Kubua Jawi coba tanam japan di sana, terus lihat lagi di sini-(Batang Tabik) ada kebun ubi, karena ini tanah dekat sawah jadi ketika hari hujan ubinya sering busuk, berapa kali ditanam sering gagal,” katanya Sabtu 19 September 2020.
Ditambah lagi Vandi melihat suasana di sini sejuk dan pemandangannya bagus, masyarakat yang berada disekitar pun sering berdatangan untuk mengambil foto.
“Kepikiran ini tempat ada potensi untuk buka usaha, coba buka dikit-dikit, buat pondok dulu. Akhirnya Pelan-pelan dimatangkan betul untuk buka di sini karena tempatnya cukup menjual, satu lagi untuk akses mudah dicari dan gak jauh,” ungkapnya.
Untuk pemberian nama Dangau Abak pun tercetus karena keponakan sering memanggil dirinya dengan sebutan abak. Jadi teman yang sudah memiliki anak ikut memanggil abak juga termasuk teman-teman sebaya.
“Nama abak itu rasanya udah lengket ke diri sendiri, waktu masih bangun pondok orang-orang sering bilang main ke tempat abak yuk, ke kebun abak. Karena posisi tempat dekat juga dengan persawahan sepertinya cocok kalau dikasih nama itu,” sebutnya
Vandi mengatakan Dangau Abak ini belum sepenuhnya selesai dibangun karena masih akan ada yang ditambah dan dirapikan seperti toilet, taman, tempat salat yang masih ala kadarnya, kursi di lantai dua, kolam renang alami dan sepeda. Karena teman-teman banyak yang datang ke sini kemudian aktivitas mereka di sini banyak di upload ke sosial media, jadinya orang-orang mulai tahu tempat ini dan berdatangan terus.
“Untuk operasional jualan baru berjalan semingguan, sekarang bukanya pukul 14.00 siang, karena orang-orang makin kenceng datang jadi cobalah dulu sediakan kopi dan beberapa minuman dan makanan,” ujarnya.
Dengan dibukanya usaha ini Vandi berharap Dangau Abak bisa maju dan mampu menghadirkan anak-anak muda yang kreatif ketika mereka datang dan duduk di Dangau. (Laila/Mg)