Salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan upaya mengurangi sampah plastik di SD Negeri 22 Payakumbuh yang berada di jalan Dewi Sartika, kelurahan Koto Baru Payobasuang, Kecamatan Payakumbuh Timur, pihak sekolah melaksanakan inovasi berupa pembuatan ecoprint dan lampion hias dari bekas minuman kemasan.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 22 Payakumbuh, Revy Susanti Effendi, S.Pd yang mengatakan ecoprint merupakan teknik pewarnaan kain yang menggunakan bahan alami dari daun, bunga, dan batang tanaman untuk menciptakan pola unik dan estetik.
“Ecoprint ini semakin populer sebagai alternatif ramah lingkungan dibandingkan dengan pewarna sintetis yang dapat mencemari lingkungan. Di bawah bimbingan dan arahan dari guru, siswa mampu melakukan teknik pounding (pukulan) untuk menghasilkan karya seni dari baju bekas dan tanaman sekitar,” ujar Revy pada Kamis, 27 Februari 2025.

Menurutnya kegiatan ini dapat meningkatkan kreativitas siswa dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan serta bermakna bagi siswa.
“Dalam kegiatan ini, siswa diberi kebebasan dalam memilih bahan kain/baju bekas, bunga, daun, dan batang yang digunakan sebagai motif, tawas/cuka untuk proses perendaman, serta menyiapkan alat yang diperlukan,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan Revy, terkait proses pembuatan ecoprint tersebut diawali dengan menyusun motif dengan meletakkan daun atau bunga di atas kain yang telah dialasi plastik mika sesuai dengan pola yang diinginkan.
Kemudian siswa memukul permukaan daun dan bunga tersebut agar pigmennya terserap ke dalam kain dengan menggunakan palu kayu. Setelah itu kain dibiarkan mengering secara alami.
“Setelah itu, siswa melakukan fiksasi dengan cara merendam kain dalam larutan tawas/cuka agar warna yang dihasilkan lebih tahan lama. Langkah terakhir mencuci kain dengan air bersih tanpa deterjen, lalu jemur di tempat yang teduh untuk menghindari perubahan warna akibat sinar matahari langsung,” terangnya.
Selain itu, juga dijelaskan oleh Ade Silvia Afni, S.Pd yang menyebutkan adapun keunggulan teknik pounding dalam ecoprint nantinya akan menghasilkan detail serat dan urat daun yang lebih nyata pada kain, proses yang lebih cepat, alami dan ramah lingkungan.
“Karena memakai bahan alami tanpa tambahan bahan kimia sintetis, dan mudah diterapkan,” ucap Ade.

Tak hanya pembuatan ecoprint, pihak sekolah juga mengajak siswa mengolah sampah kemasan minuman gelas plastik yang ada. Menurut Revy Siswa diajak untuk melakukan tahap demi tahap sehingga menghasilkan sebuah lampion hias yang dapat menambah keindahan sekolah dan memiliki nilai jual.
“Siswa dengan senang hati membersihkan gelas plastik yang mereka kumpulkan lalu merangkai gelas plastic dengan menggunakan kawat hias. Proses pembuatan lampion hias ini dapat melatih konsentrasi dan ketelitian siswa sehingga karya yang dihasilkan berbentuk lingkaran,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tim Adiwiyata, Eko Pratama, S.Pd juga menyampaikan bahwa terkait kedua inovasi yang dikerjakan oleh siswa-siswa dan guru SD Negeri 22 Payakumbuh. nantinya akan diikutsertakan dalam perlombaan Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2025.
“Semoga kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi siswa kami dan sekolah lainnya untuk ikut andil dalam upaya pemerintah Kota Payakumbuh dalam menangani darurat sampah akibat longsornya TPA Regional Payakumbuh beberapa waktu silam ujar,” tutupnya.