Payakumbuh Satu Ivent Satu Nagari sudah berlangsung sejak 5 Mei yang lalu, kali ini masuk minggu kedua, giliran Bundo Kanduang Kenagarian Tiakar menampilkan prosesi adat sebelum pernikahan yaitu manjapuik marapulai.
Untuk diketahui Prosesi Manjapuik Marapulai merupakan salah satu tradisi adat salingka nagori di Nagori Tiaka Kota Payakumbuh. Prosesi ini salah satu tradisi terpenting dimana keluarga calon pengantin wanita menjemput calon pengantin pria untuk dibawa ke rumah mereka untuk melangsungkan akad nikah.
Inti kegiatan yang ditampilkan meliputi prosesi pawai rombongan Bundo Kanduang manjapuik minantu/marapulai kemudian penampilan alua pasambahan manjapuik minantu/marapulai di halaman depan kantor KAN Tiakar kecamatan Payakumbuh Timur pada Minggu, 12 Mei 2024.
Dalam kegiatan ini turur hadir PJ Wako Payakumbuh, Ketua LKAM Payakumbuh, Kadisparpora Payakumbuh, Bundo Kanduang Nagari Tiakar, Camat dan Lurah Payakumbuh Yimur, Ketua KAN dan Bundo Kanduang 10 Nagari, Niniak MamakĀ Kenagarian Tiakar. Urang Mudo Puti Bungsu Kenagarian Tiakar, dan Ketua Bundo Kanduang Kota Payakumbuh.
Ketua KAN Nagari Tiakar, Arizal Arda Dt. Podo Nan Putih mengatakan hari ini berkumpul bersama dalam rangka mengikuti acara satu iven satu nagari yang kegiatan tersebut bergilir tiap nagari.
“Di Tiakar ini acara kami yang kedua. Mewakili masyarakat Nagari Tiakar mengucapkan ribuan terimakasih kepada Pemko Payakumbuh yang sudah mengadakan acara seperi ini. Semoga akan tumbuh minat dari generasi muda tiap nagari untuk semakin melestarikan dan bisa meneruskan adat budaya kita di tiap nagari ini,” ucapnya.
Ketua LKAM Kota Payakumbuh, yb Dt Parmato Alam juga menyampaikan pemangku adat mempunyai kewajiban bersama untuk bertanggung jawab untuk melestarikan dan mempertahankan adat budaya yang ada.
“Kami bangga dan salut sekali kepada semua yang terlibat, dengan kebersamaan semua elemen di Nagari Tiakar dilibatkan. Mudah-mudahan ini menjadi percontohan untuk yang lainnya dan tetap jadi moment penting bagi kita semua,” ujarnya.
Sementara itu, PJ Wako Payakumbuh, Jasman dt Bandaro Bendang sekaligus membuka acara juga menyampaikan arahan terkait nama-nama nagari yang seharusnya diucapkan dengan bahasa minang tidak perlu lagi di Indonesiakan.
“Tiaka ya Tiaka jangan Tiakar. Payokumbuah bukan Payakumbuh. Coba hal ini kita luruskan kembali, balikkan kembali nama nagari kita itu. Saya itu, sangat terkesima dengan bahasa asli Payokumbuah,” katanya
Tak hanya itu, dalam pertemuan yang dihadiri oleh tamu dengan berbagai variasi baju adat yang disematkan di badan, PJ Wako juga berpesan kepada Bundo KanduangĀ 10 Nagari untuk dapat membenahi pakaian-pakaian adat yang dipermak namun tidak sesuai dengan kaidah dan fungsi yang sebenarnya.
“Menjaga itu harus tugas kita bersama. Karena pakaian adat yang dipakai di moment-moment penting seperti ini haruslah sesuai, kita punya budaya yang luar biasa bagus dan layak untuk dipertahankan,” ujarnya.