Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki kekayaan sejarah yang sangat banyak, mulai dari bangunan, situs, alam, dan lainnya. Dari yang masih lestari hingga sudah tidak layak ditempati, seperti salah satu bangunan yang masuk rekomendasi Cagar Budaya yaitu Masjid Tuo Ampang Gadang atau dikenal dengan nama Masjid Al-Ihsan Baruah yang berada di Jorong Ampang Gadang, Nagari Tujuah Koto Talago, Kabupaten Lima Puluh Kota.
Kondisi Masjid Tuo Ampang Gadang yang sudah berusia 2 abad 2 tahun ini sangat memprihatinkan dan sudah tidak layak untuk difungsikan sebagai masjid. Dari arah jalan saja bangunan masjid ini menjorok ke bawah sehingga yang terlihat hanya bagian atap yang dikelilingi banyak pepohonan serta semak belukar yang membuat masjid seperti bangunan horror.
Bangunan ini terdiri dari masjid, menara, dan kubah di dalam satu kawasan. Sisi bagian luar dan dalam sudah sangat rusak padahal bentuk struktur, ukiran, dan gaya relief bangunan masih terbilang kokoh dan indah jika dilakukan perbaikan kembali.
Di dalam masjid pun memiliki 45 tonggak yang masih kuat berdiri meski sudah dimakan rayap, papan kayu di lantai dan dinding terlihat juga sudah rusak parah.
Menurut Tokoh Masyarakat, H Ermizal Dt Parpatiah mengatakan Masjid Tuo Ampang Gadang ini dibangun tahun 1822. Diperkirakan sekarang usianya sudah 2 abad 2 tahun, di tahun itu untuk membuat masjid masing dirancang-rancang, atapnya dari ijuk, dinding dan pintu belum ada sehingga belum bisa berjamaah di masjid, maka dari itu warga sekitar mengumpulkan sumbangan.
Pada 1837 Masjid Tuo pun sudah siap digunakan untuk tempat beribadah yang hingga sekarang semua bangunan kayudi dalamnya masih asli. Tahun 1901 baru mulai pembangunan menara yang dijadikan khusus untuk adzan. Wujud menara sangat unik karena bagian atas memiliki ukiran bunga daun batang tarok yang dijadikan simbol relief.
Tak hanya itu untuk menuju ke atas menara naik melalui jenjang, nantinya muazin yang akan mengumandangkan adzan memakai pengeras suara dari corong jenjang rumah gonjong. Tepat di tahun 1955 didirikan dua tambahan bangunan yang disebut kubah yang diperuntukkan bagi rumah gharim dan tempat masak.
“Masjid ini masih dipakai sampai tahun 2017. Sejak anak-anak pindah ke atas ketika udah siap MDA nya baru ini ditinggalkan. Dulu ini dijadikan tempat praktik sholat anak-anak, Pindahnya anak-anak mengaji karena ada kekhawatiran disebabkan bangunan dalam masjid sudah tua,” kata ErmizalDt Parpatiah saat ditemui di lingkungan Masjid Tuo Ampang Gadang pada Sabtu, 23 Maret 2024.
Selain itu, ia juga menjabarkan sejarah terkait pembangunanmasjid ini, menurutnya lokasi tanah masjid tuo ini berada di wilayah tanah kaum sepersukuan caniago Dt Parpatiah, yaitu tanah milik keluarganya. Dulunya instansi bagian kebudayaan cagar budaya sudah pernah mampir ke kawasan Masjid Tuodan dibuatkan palang berwarna kuning yang menandakan bangunan ini masuk rekomendasi untuk dijadikan sebagai cagar budaya.
“Itu hanya rekomendasi, yang aslinya di kantor Bupati nanti dikeluarkan sah nya. lokasi ini bapak yang punya semuanya, tanah keluarga bapak, tanah kaum sepersukuan Caniago Dt Parpatiah, kalau dilihat-lihat lagi sedih hati padahal mengandung sejarah,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dahulu sebelum tahun 1822 di Ampang Gadang banyak suku-suku yang memiliki surau dan disanalah orang-orang pergi sholat berjamaah, kemudian di suku melayu memiliki surau yang cukup besar yang dipakai untuk sholat jumat berjamaah namun untuk sholat lima waktu cukup di surau sendiri-sendiri.
Jadi sesuai dengan perkembangannya itu tentu orang-orang akan bertambah banyak, teringat oleh masyarakat dan mulai rapat sekitar tahun 1820 untuk sepakat membangun masjid. Jadi karena sepakat mulailah membangun dengan mengambil tiang besar yang namanya tonggak mercu di jorong Talago.
“Dulu kan kampung belum banyak tapi udah berumah adat, jadi masyarakat goro untuk membawa tonggak mercu itu.Tapi tiba diperempatan jalan arah Ampang Gadang ini tonggak tersebut tidak mau jalan, berat tidak bisa ditarik sama sekali. Saat itu dipanggil Syech Abdulah pendiri DarulKuning Abbasiyah, beliau pukul-pukul tonggak pake tongkatnya dan kira-kira bilang gini hei tonggak, kamu akan dijadikan untuk membangun rumah suci tempat suci untuk beribadah jalanlah lagi, saat itu juga tonggak mercu bisa berjalan,” ungkapnya.
Berkenaan dengan sejarah di masa itu juga menurut DtParpatiah Masjid Tuo Ampang Gadang ini memiliki keistimewaan. Biasanya tepat pada pukul 12.00 tengah malam pintu yang berada di bagian ditengah terbuka sendiri dan ikuti dengan pintu-pintu lainnya padahal semuanya sudah dikunci dikunci.
“Kejadian di masa itu, bapak lihat langsung. Terus ada jugacerita siapa yang paling duluan datang ke masjid akan melihat orang sholat di sana, jin islam penunggu masjid,” katanya.
Meskipun begitu, kini Masjid Tuo Ampang Gadang hanya tinggal nama, meski sudah melakukan beberapa cara namun belum menuai hasilnya.
“Saya sedang berusaha, dulu sebelumCOVID-19 sudah bikin proposal untuk Jusuf Kalla mantan Wapres RI, soalnya dulu beliau Ketua Dewan Masjid se-Indonesia. Tahu–tahu pas surat itu tiba di Jakarta Corona datang, belum jadi sempat mengantarkan sampai sekarang, itu upaya pertama,” ujarnya.