Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh melakukan pemantauan serta melihat perkembangan kesehatan anak-anak di Payakumbuh.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, Wawan Sofianto mengatakan untuk tumbuh kembang anak-anak sekarang dikarenakan program pemerintah sangat konsen terhadap stunting, Dinkes dan jajaran lainnya menekankan bagaimana khususnya kepada bayi, balita dan anak-anak di bawah umur lima tahun untuk hadir di Posyandu.
“Karena Posyandu merupakan sarana untuk melihat tumbuh dan kembang bayi dan balita. Jadi pemantauan pertumbuhan anak, status gizi anak dan kesehatan anak itu bisa kita lihat saat kunjungan ke Posyandu,” katanya kepada sudutpayakumbuh.com di Kantor Dinkes Payakumbuh pada Jumat, 25 Agustus 2023.
Wawan juga meyampaikan untuk sekarang masyarakat sudah mulai peduli untuk datang ke Posyandu dan Pemerintah daerah pun sudah bergerak. Tak hanya itu, menurutnya secara status kesehatan yang berobat ke sarana kesehatan terutama di Puskesmas itu 35 persen di dominasi oleh anak-anak.
“Di satu sisi itu sudah jadi kesadaran mereka untuk memantaukan tumbuh kembangnya dan disisi lain masih ada kelompok anak-anak kita yang menderita penyakit ringan seperti batuk, pilek, ISPA, diare dan ini penyakit umum pada anak. Pada fase anak-anak agak susah diberitahu, orangtua sudah menyampaikan pola makan, jajanan, tapi mereka melanggar juga,” ujarnya.
Menurutnya hal ini yang menyebabkan jumlah kunjungan untuk berobat bagi anak-anak lebih banyak dan mengarah ke penyakit tersebut. Penyebab selain itu seperti polusi udara yang sedang marak terjadi di beberapa daerah. Wawan menyebutkan untuk Kota Payakumbuh terkait polusi udara belum terlalu mempengaruhi anak-anak, yang lebih berdampak karena cuaca hujan yang juga menimbulkan batuk dan pilek pada anak.
Tak hanya perubahan iklim yang berdampak langsung kepada kesehatan anak, dampak terhadap kesehatan anak melalui prilaku manusia juga diutarakan oleh Kadinkes Payakumbuh yang menyampaikan jika di kesehatan ketika ada yang mengalami gangguan kesehatan terhadap fisik tertentu yang masyarakat menindaklanjuti ke Dinkes, namun jika sifatnya kekerasan pada anak atau rumah tangga biasanya masyarakat melakukan pelaporan ke DP3APPKB.
“Jika ada ditemui hal seperti itu di lapangan, kita di kesehatan hanya melakukan pemeriksaan, setelah itu ditindaklanjuti atau diserahkan kepada instansi terkait,” jelasnya.
Dikatakan lebih lanjut oleh Wawan Sofianto bahwa anak merupakan cikal bakal sumber daya manusia, sehingga untuk sekarang karena program Pemko itu penurunan prevalansi stunting, Dinkes menciptakan SDM dan melakukan antisipasi tidak hanya disaat anak tersebut sudah lahir ke dunia. Program sekarang itu sudah mulai menyasar ke remaja putri. Karena inilah yang akan menjadi calon ibu, jadi sasaran di Dinkes bagaimana remaja putri ini terhindar dari penyakit anemia.
“Sehingga nanti di dalam proses mereka dipersiapkan menjadi calon ibu itu tidak menjadi calon ibu yang kekurangan gizi, setelah itu calon pengantin juga kita sasar, kita berikan juga pengetahuan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan gizinya, karena ini akan menjadi calon ibu juga. Itu kita kerja sama dengan Kemenag, baru nanti ketika sudah nikah dan hamil tetap kita pantau tumbuh kembang dan gizinya,” ujarnya.
Menurutnya pemantauan pemeriksaan selama enam bulan tetap dilaksanakan, ada dua kali USG. Memantau pertumbuhan janin dan juga kecukupan gizi sang ibu. Jangan sampai nanti ibu masuk kelompok ibu hamil kekurangan gizi. Nanti hal Itu akan beresiko terhadap anak.
“Itulah yang harus kita cegah dari awal, jangan sampai ketika lahir dengan kondisi stunting, pendek badannya, tinggi badan dan berat badannya tidak memenuhi, Bisa kita antisipasi tapi alangkah lebih baiknya itu lebih dini diantisipasinya,” kata Wawan.