Dilatexs Tanggo, sebuah surga tersembunyi di Kawasan Harau dengan luas tiga setengah hektar dan warung kecil dipinggiran bendungan Sarasah Tanggo Sarilamak Kabupaten Lima Puluh Kota milik Windra.
Dilatexs Tanggo merupakan lahan hutan yang disulap menjadi potensi wisata sejak Agustus 2022 itu kini memunculkan pesona keindahannya sendiri, selain berdekatan dengan air bendungan yang ditengahnya berdiri tegak barisan bukit-bukit juga adanya Air Terjun Sarasah Tanggo Harau.
Bak surga tersembunyi, Dilatexs Tanggo sebagai tempat baru ini juga menjadi opsi pelarian healing di akhir pekan.
“Aku tengok orang yang datang ke sini itu mencari ketenangan,” kata Windra di Dilatexs Tanggo pada Minggu, 11 Juni 2023.
Beralaskan tikar petak yang dibentangkan di atas spot perahu dipinggir air bendungan, Windra berbagi cerita serta pengalamannya kepada sudutpayakumbuh.com sebelum mengolah lahan hutan menjadi Kawasan Dilatexs Tanggo.
Dulu ia seorang perantau yang bekerja di salah satu perusahaan yang berada di Perawang, Riau dan saat 2012 melakukan resign serta memilih bekerja yang lain untuk menafkahi keluarga di rumah yang akhirnya di 2022, Windra dan istrinya Yeni memutuskan pulang kampung ke Sumatera Barat.
“Begitu pulang saya lihat ini ladang, dulu kan pinggiran ini masih hutan, kalau bendungan udah duluan ada. Sambil aku ke ladang kan, duduk di sini sendiri, ketika aku duduk wih enak nih bikin apa gitu untuk santai-santai. Aku tanya sama warga sini, kenapa gak dikelola sama pemerintah kita ini, warga bilang gak tahu bang karena ini lahan kita pribadi saya coba olah,” ujarnya pemilik Dilatexs Tanggo.
Dalam proses memulai usahanya itu Windra meminta izin kepada orangtuanya, tapi menurut orangtuanya lahan tersebut tidak bisa dikelola dan ia disuruh orangtuanya untuk membereskan pohon karet saja. Namun dengan keyakinan penuh akhirnya Windra mencoba pelan-pelan untuk mengolah lahan tersebut.
“Saya bilang gak apa-apa, untung-untung ada rezeki. Saat itulah saya mulai bersih-bersihkan dulu, dibabat semuanya, begitu sudah bersih saya cangkul dikit-dikit pake tenaga sendiri, di awal gak ada modal banyak, cuma tenaga doang,” ujarnya.
Tak hanya itu, lalu Windra mulai membangun pondok yang sudah jadi warung di Dilatexs Tanggo. Saat itu ia membangun sendiri, mencari kayu, dan membawa beberapa kawan yang diupahkan untuk membantu-bantu. Setelah pondok tersebut selesai, saat itu ia dan istrinya memulai untuk membuka warung kecil-kecilan untuk berjualan.
“Proses bersih-bersih itu sampai Desember 2022, Januari 2023 datang tamu dari Politeknik mau penelitian pohon karet. Pas itu ramelah, anak sekolah pun banyak datang waktu itu. Setelah itu saya mulai buat tempat view foto, rumputnya tumbuh sendiri aja. Termasuk bunga yang di tanam istri saya,” katanya.
Suasana tempat yang ia buat bisa ramai hingga sekarang ia ketahui dari unggahan video Dilatexs Tanggo yang berseliweran di media sosial oleh masyarakat yang datang ke bendungan. Kemudian ditambah lagi dari obrolan ke obrolan.
Karena tempat yang dibuat Windra sudah ramai orang-orang berdatangan, saat bulan puasa warungnya tutup sementara, namun menjelang puasa ia menerima permintaan dari pengunjung untuk dibuatkan rakit-rakit bambu, ketika bulan puasa itu Windra membuat rakit yang akan disuguhkan kepada pengunjung saat lebaran.
“Rupanya memang berhasil, di lebaran itu tambah rame orang-orang, Alhamdulillah ramai sampai sekarang,” ujar Windra.