Sayembara Puisi Visual pada perhelatan Payakumbuh Poetry Festival 2022 di perpanjang hingga 27 November 2022 mendatang.
Perpanjangan waktu Sayembara Puisi Visual ini dilakukan karena banyaknya peserta yang meminta untuk melakukan penambahan waktu pengiriman yang bisa diikuti oleh masyarakat umum.
“Batas akhir penerimaan karya diperpanjang untuk menjaring lebih banyak karya lagi dan untuk mempersiapkan karya yang baik dan bermutu, tentu butuh lebih banyak waktu lagi,” kata Direktur Payakumbuh Poetry Festival 2022, S Metron Masdison.
Dengan perpanjang batas akhir pendaftaran Sayembara Puisi Visual ini, S Metron juga berharap para calon peserta dapat mempersiapkan materinya secara lebih kuat.
“Payakumbuh Poetry Festival sendiri merupakan festival yang akan digelar 4-6 Desember 2022 di Payakumbuh, Sumatera Barat, tepatnya di Agamjua Art and Culture Caffe dan Sayembara Puisi Visual menjadi bagian dari acara ini,” katanya.
Para peserta Sayembara Puisi Visual sendiri akan menampilkan karyanya pada saat digelarnya festival yang telah dilakukan sejak tahun 2019 lalu tersebut.
“Sejumlah pertunjukan telah disiapkan, ada Rantak Puisi, pembacaan syair sufi surau Minangkabau, serta puisi bunyi yang dikemas sedemikian rupa hingga bisa disaksikan siapa saja, tidak hanya untuk kalangan sastrawan atau penyair,” ujarnya.
Sementara itu, Heru Joni Putra mencontohkan salah satu pertunjukan di PPF yaitu Rantak Puisi, dimana pertunjukan puisi yang bisa dilakukan oleh siapa saja yang berada di lokasi saat berlangsungnya PPF.
“Seorang penonton boleh membacakan puisi dengan gayanya sendiri, di tempat yang dikehendakinya, tidak harus di bagian depan panggung pertunjukan dan dalam Rantak Puisi di PPF 2022 ini peserta tidak terikat dengan sejumlah ketentuan lomba baca puisi umumnya sehingga peserta bebas membacakan puisi sekreatif mungkin di sekitar wilayah pelaksanaan PPF,” kata Heru.
Cara penjuriannya pun sedikit berbeda dengan lomba puisi umumnya. Jika dalam lomba puisi umumnya para juri duduk di tempat khusus, maka dalam Rantak Puisi lain lagi.
“Yang menjadi juri dari lomba ini tidak diberitahu kepada peserta, namun juri berkeliaran di antara penonton dan pengunjung umumnya selama acara PPF berlangsung,” ujar penyair asal Payakumbuh ini.
Menurutnya pertunjukan Puisi Bunyi juga menjadikan PPF 2022 sebagai festival yang sedikit berbeda karena Puisi Bunyi merupakan hasil penafsiran terhadap puisi ke dalam medium bunyi.
“Medium tersebut bisa berupa instrumen musik konvensional seperti gitar, biola, ataupun penghasil bunyi lainnya, misalnya seperti mulut, tepuk tangan pada badan atau benda lain, dan sebagainya,” kata penyair asal Payakumbuh yang dianugerahi sebagai Tokoh Seni 2017 oleh majalah Tempo.
Kemudian dikatakannya Puisi Bunyi bisa berupa lantunan, dendang, tembang, atau pelafalan bebunyian tertentu, cenderung tanpa bait, syair, atau lirik”, jelas
Di sisi lain, masih mengutip Heru, puisi bunyi bisa serupa dengan pertunjukan musik instrumental itu sendiri yang berangkat dari penafsiran atas suatu karya puisi dan menginformasikan bahwa untuk info lebih lengkap, silakan cek di akun Instagram PPF 2022 @payakumbuh.poetryfest.