Puisi Bunyi atau Sound Poetry siap hentakkan Payakumbuh Poetry Festival sebagai bagian dari serangkaian pertunjukan ‘tak lazim’ untuk menghibur para pengunjung Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2022.
Puisi Bunyi lebih banyak menampilkan bunyi. Ini sedikit berbeda dengan deklamasi puisi di mana bait demi bait puisi dibacakan dengan iringan musik disertai gaya dan gestur tertentu.
Puisi Bunyi dikatakan kurator PPF 2022 Heru Joni Putra menjelaskan Puisi Bunyi merupakan hasil penafsiran terhadap puisi ke dalam medium bunyi.
“Medium tersebut bisa berupa instrumen musik konvensional seperti gitar, biola, ataupun penghasil bunyi lainnya, misalnya seperti mulut, tepuk tangan pada badan atau benda lain, dan sebagainya,” kata penyair asal Payakumbuh yang dianugerahi sebagai Tokoh Seni 2017 oleh majalah Tempo.
Puisi bunyi menurut Heru bisa berupa lantunan, dendang, tembang, atau pelafalan bebunyian tertentu, cenderung tanpa bait, syair, atau lirik.
“Puisi bunyi bisa serupa dengan pertunjukan musik instrumental itu sendiri yang berangkat dari penafsiran atas suatu karya puisi dan dengan mengemas puisi dalam bentuk bebunyian seperti ini, penyelenggara berharap puisi bisa dinikmati oleh siapa saja,” katanya.
Meski bertajuk festival puisi, iven yang digelar pada 4-6 Desember 2022 di Agam Jua Art and Culture Cafe ini tidak hanya digelar khusus untuk seniman atau orang-orang yang bergelut dengan puisi saja.
“Siapa saja bisa datang, menikmati acara serta berbagai kuliner tradisional yang nanti disediakan,” kata Direktur PPF 2022, S Metron Masdison.
Selain mengemas puisi dalam berbagai bentuk, seperti Puisi Bunyi, Puisi Visual, dan Rantak Puisi, di PPF 2022 memang disediakan juga berbagai kuliner tradisional sebagai ‘teman duduk’ bagi pengunjung.
Pengunjung juga bisa menyaksikan pembacaan Syair Sufi dari Surau Minangkabau di PPF kali ini. Syair Sufi ini termasuk langka dan jarang dipertunjukkan di muka umum. Di samping itu juga bakal ada pertunjukan pembacaan puisi tradisional Minangkabau.
“Rangkaian pertunjukan menarik yang jarang-jarang ditampilkan ini tentu sangat sayang untuk dilewatkan,” kata Iyut Fitra, kurator PPF 2022 lainnya.
Seniman asal Payakumbuh ini menambahkan, bahwa iven yang pertama kali digelar secara offline ini pun bakal menghadirkan para penyair-penyair kenamaan dari dari Indonesia dan Asia Tenggara. Mereka nantinya akan berdiskusi seputar persoalan-persoalan puisi di Indonesia, membedah puisi-puisi pemenang Sayembara Puisi PPF 2022, serta membahas buku-buku puisi penyair perempuan.