Categories Warta

Literasi Merdeka Diantara Guru dan Siswa, Inilah 6 Literasi Dasar di Kurikulum Merdeka

SudutPayakumbuh.com – Siang itu (15/08/2022) Agamjua Cafe sudah ramai disambangi guru-guru yang berasal dari berbagai sekolah di Kota Payakumbuh. Dengan berpakaian dinas sekolah, mereka memasuki ruangan yang sudah diisi kursi dan meja, di dekat meja bagian depan terbentang spanduk yang menandakan bahwa seminar literasi yang diadakan oleh Komunitas Tanah Rawa akan berlangsung hari itu yang mengusung tema Literasi Merdeka, Merdeka Berkarya, pegiat literasi dari komunitas tersebut menghadirkan Lindawati selaku pembicara.

Seminar literasi ini diadakan guna membangkitkan semangat para pegiat literasi agar saling bersinergi satu sama lain. “Karena kita berada di peta yang berbeda-beda, jadi ketika ada kegiatan lain kita bisa tetap sinkron,” kata Ilham Yusardi selaku perwakilan komunitas.

Dalam kegiatan seminar, Lindawati membahas bahwa merdeka dalam literasi adalah mengeksplor kemampuan yang dimiliki siswa, kemampuan visual dengan cara tidak hanya untuk mementingkan diri sendiri tapi memikirkan orang-orang disekitar.

“Memikirkan bagaimana kita hari ini efeknya ke depan akan seperti apa. Kalau efeknya membawa kebaikan untuk semua orang, tidak merugikan orang lain, ya lanjutkan. Tapi kalau merugikan orang lain, jangan dilakukan,” ujarnya.

Selain itu, ia menjelaskan juga dalam dunia literasi, ada enam literasi dasar dalam kurikulum merdeka, di antaranya:

  1. Literasi baca tulis

Merupakan kecakapan untuk memahami isi teks tertulis, baik yang tersurat maupun yang tersirat dan literasi ini digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri.

  1. Literasi sains

Merupakan kecakapan untuk memahami fenomena alam dan sosial di sekitar siswa, serta mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah.

  1. Literasi digital

Adalah kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi.

  1. Literasi numerasi

Berupa kecakapan menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.

  1. Literasi finansial

Adalah kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep, risiko, keterampilan, serta motivasi dalam konteks finansial.

  1. Literasi budaya dan kewargaan

Berupa kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa, serta memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara,” kata Lindawti.

Dikarenakan pembahasan seminar literasi ini berkaitan antara pendidik yang memiliki latar belakang guru Bahasa Indonesia dengan siswa-siswi yang diajar di sekolah sehingga Linda menyebutkan literasi sangat erat kaitannya dengan membaca dan menulis, kecakapan membaca adalah kecakapan dalam menulis. “Ketika seorang anak sudah memilih buku sebagai bahan bacaannya, disitulah dia menyukai literasi,” ujarnya.

Sama halnya, merdeka dalam berkarya pun tidak pernah lepas dari yang namanya membaca, “Bagaimana cara memerdekakan anak-anak ialah dengan menjawab mereka, dengan memiliki pemikiran bahwa saya harus merdeka dalam pikiran saya sendiri, berdasarkan cerita-cerita, buku-buku, novel-novel yang sudah dibuat oleh para sastrawan,” katanya.

Saat diwawancarai sudutpayakumbuh.com, melihat perkembangan literasi di Kota Payakumbuh saat ini, Linda menyarankan generasi milenial lebih banyak lagi mempergunakan cafe yang ada di Payakumbuh sebagai tempat kegiatan yang positif.

“Bikin aja sesuatu yang kekinian, cafe kan berjamuran di kota kita, jadi manfaatkan untuk bedah buku atau apapun itu, literasi itu kan luas, mereka bincang-bincang mengenai konten kreator, atau membuat project digital. Itu harusnya di program oleh Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Kearsipan. Otomatis itu digilirkan, misalnya bulan ini di cafe yang ini, terus yang hadir nanti para remaja ini dan itu, kan bakalan bagus kalo misalnya kita lakukan itu,” ujarnya.

Menurut Linda dukungan Pemerintah, stakeholder sangat membantu. Jika dukungan itu tidak ada, tidak bisa bergerak. “Mungkin kita bergerak dari bawah tapi harus tetap ada dari atas yang memberikan kesempatan dan peluang bagi para pegiat literasi, sehingga kota Payakumbuh ini bisa menjadi kota literasi. Mari kita bergerak dan berdampak,” katanya. (Lail)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *