Minggu, (19/4) dirasa menjadi waktu yang tepat untuk beristirahat dan melepas penat dari segala aktifitas seminggu sebelumnya. Namun hal ini ternyata tidak berlaku bagi sekelompok anak muda yang memiliki hobi menjelajahi hutan dan menemukan keindahan alam yang tersembunyi khususnya di kawasan Kabupaten Limapuluh Kota. Setelah sebelumnya pernah menaklukkan Air Terjun Lubuk Bulan dan Air Terjun Tanjaro kini Sarasah Barasok yang terletak di Jorong Banja Loweh Gadang, Nagari Banja Loweh, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota menjadi tujuan.
BARU-baru ini, Sarasah Barasok yang berarti Air Terjun Berasap ini sangat hangat diperbincangkan dikalangan traveler yang menyukai air terjun dan wisata ke dalam hutan. Hal inilah yang membuat Dika Pitopang, Nela, Steffina, Wahyu, Dhory, dan Ade menjadi penasaran untuk mencoba menuju ke lokasi yang dikabarkan cukup jauh dan terbilang ekstrim tersebut.
Tepat pukul 08.30, rombongan yang berjumlah enam orang tersebut berangkat menuju Nagari Banja Loweh yang terletak di Kecamatan Bukit Barisan ini. Pemandangan indah bukit barisan, hamparan sawah, dan langit biru menemani perjalanan menuju lokasi air terjun. Jalanan menurun dan menanjak melewati kawasan rumah penduduk harus dilewati jelang sampai di Jorong Bukik Bulek, Nagari Banja Loweh, tempat bertemu dengan penduduk sekitar yang akan memandu perjalanan menuju Sarasah Barasok ini.
Bertempat di dekat Kantor Walinagari Banjo Laweh yang berdekatan Masjid Bukik Bulek dan Lapangan Voli Bukik Bulek Club, salah seorang penduduk sekitar bernama Dayat mengantarkan Dika Pitopang dkk bertemu dengan sang pemandu. Tepat di pertigaan jelang menuju daerah perbukitan yang dikenal dengan sebutan Batang Paik ini, rombongan bertemu dengan guide yang akan membawa ke lokasi Sarasa, dialah Iswandi (58).
Menggunakan empat sepeda motor, rombongan yang berasal dari Kota Payakumbuh ini menyisir daerah perbukitan yang banyak ditumbuhi tanaman seperti ubi dan buah kalimuntiang. Sesampai di kawasan terakhir menggunakan sepeda motor, di sanalah petualangan dimulai.
Langit biru yang cerah dan ditemani hembusan angin di atas bukit yang dikenal dengan sebutan Bukit Lingkueh ini, satu persatu rombongan menuruni bukit. Jalanan terjal, menurun, dan licin sehabis hujan membuat tingkat kesulitan mulai dirasakan. Tingginya ilalang yang hampir menutupi badan, harus disisir sambil menuruni terjalnya Bukit Lingkueh.
“Kita harus berhati-hati dan memegang akar yang kuat untuk bisa berpegangan saat turun,” kata Iswandi yang sehari-hari berprofesi sebagai petani tersebut.
30 menit berlalu, sampailah rombongan yang berjumlah tujuh orang ini dialiran Batang Aia Guguak Panjang. Tingkat kesulitan yang luar biasa, menuruni bukit yang terjal mengharuskan rombongan untuk beristirahat sejenak sebelum menyeberangi sungai yang diperkirakan memiliki lebar 7-8 meter ini.
Setelag menyeberang, perjalanan dilanjutkan dengan menyisir dan mendaki bukit kedua. Bukit ini dikenal dengan sebutan Bukit Lubuak Landai yang letaknya berdampingan dengan Bukit Lingkueh. Iswandi yang merupakan putra daerah Nagari Banja Laweh ini dalam perjalanan menuju Sarasah mengatakan objek wisata yang belum banyak dijamah oleh wisatawan ini sebenarnya telah lama ada.
“Dulu orang barat sudah pernah ke sini. Kemudian mahasiswa KKN pun juga pernah ke sini tapi sudah lama sekali. Nah, baru beberapa waktu ini Sarasah Barasok ini mulai dikenal oleh masyarakat karena ada kunjungan dari pengunjung yang berasal dari media dan mempublikasikannya,” ujar Bapak dua anak ini.
Untuk menyiasati jalan, Iswandi kembali mengajak rombongan menyeberang. Kembalilah tujuh petualang dari Kota Batiah ini mendaki bukit dan sampai di puncak Sarasah Barasok. Ternyata perjuangan masih belum berakhir, turunan terjal penuh tantangan harus dirasakan kembali. Kali ini bukit bebatuan menjadi medan yang harus dilalui.
Merapat ke dinding bukit dengan meraih akar dan pegangan untuk bisa turun menjadi kesulitan yang memiliki tingkat ekstrim yang sangat luar biasa. Namun dengan kehati-hatian para petualang ini akhirnya bisa menaklukkan medan yang menurut mereka sangat ekstrim.
“Inilah wisata ekstrim yang pernah kami jalani. Sebelumnya pernah ke Lubuk Bulan dan Nyarai, tingkat kesulitan Sarasah Barasok ini yang paling parah dan ekstrim,” ungkap salah seorang dari rombongan sambil meraih sebuah akar dan turun ke dasar bukit.
Sebelum melihat keindahan Sarasah Barasok, rombongan seolah melewati sebuah gerbang di taman yang dihiasi dengan jalinan dedaunan rapi yang tertata seperti sebuah gerbang. Setelah melewati gerbang, hembusan angin dihiasi seperti asap langsung menerpa wajah kelelahan dari para traveler ‘gila’ tersebut.
Ya, asap itu ternyata merupakan buih-buih air terjun yang beterbangan dan membentuk seperti asap yang diterpa angin. Derasnya air terjun yang diperkirakan tingginya lebih dari 20 meter ini. Lelah terasa hilang setelah berhasil merasakan hembusan angin dan menikmati keindahan Sarasah Barasok yang di sekitarnya ditumbuhi tanaman dan bunga berwarna hijau dan ungu tersebut.
Tanpa pikir panjang, aksi foto-foto pun dilakukan untuk mengabadikan momen yang sangat berharga tersebut. Derai keringat yang menetas dengan hembusan napas yang lelah dibayar dengan indahnya suasa Sarasah Barasok. Kemudian rombongan yang telah lelah dan lapar ini langsung melahap bekal makanan yang dibawanya sejak dari Kota Payakumbuh tersebut.
Sebelumnya, Iswandi yang terlihat masih kuat meski usianya sudah lebih setengah abad ini mengatakan, lebih mudah menuju lokasi daripada meninggalkan lokasi air terjun. Hal tersebut akhirnya dirasakan rombongan yang terdiri dari pegawai bank, security, PNS, dan wiraswasta ini. Hari yang sudah beranjak sore, membuat waktu untuk bermain dan menikmati indahnya Sarasah Barasok tidak lama.
Tepat pukul 15.30, rombongan yang dipimpin Iswandi mulai mendaki tebing batu yang cukup terjal. Perjalanan ekstrim, menantang, dan memacu adrenalin kembali dijalani. Terjalnya tebing, licinnya jalan menjadi santapan rombongan tersebut sebelum sampai kembali ke tempat starting point yang terletak di Bukit Lingkueh.
Iswandi yang lahir dan besar di Nagari Banja Loweh ini berharap potensi yang ada di Sarasah Barasok ini hendaknya dapat perhatian. Kesadaran masyarakat dan kepedulian pemerintah sangat diharapkan sekali agar jalan menuju lokasi air terjun dapat diakses orang banyak tanpa harus berpegangan kepada akar.
“Semoga ada perhatian pemerintah terkait objek wisata tersembunyi ini. Di sini mungkin dibutuhkan perbaikan akses jalan menuju lokasi,” kata Iswandi berharap adanya bantuan dari pemerintah.
Kemudian, selain berwisata dan menikmati keindahan alam, Sarasah Barasok ini berbeda dengan objek wisata lainnya. Berbagai persiapan harus dilakukan sebelum memutuskan untuk berkunjung dan menyaksikan indahnya air terjun yang belum banyak dimasuki wisatawan tersebut.
“Jika ingin berkunjung, ke Sarasah Barasok anda harus siap dengan tantangan melewati dua buah bukit dan menyeberang sungai. Sebelum pergi harus menyiapkan fisik dan mental karena perjalanannya sangat berat. Disarankan membawa bekal dan obat-obatan serta tali temali untuk menaklukkan tebing,” saran Dika Pitopang, salah seorang rombongan yang berhasil menaklukkan Sarasah Barasok bersama rekannya ini.
Untuk itu, bagi yang ingin berkunjung ke Sarasah Barasok, tidak ada salahnya mempersiapkan diri dan melakukan latihan fisik terlebih dahulu. Sebab ini akan bermanfaat sekali ketika sudah berjalan menuju lokasi yang terletak di kawasan perbukitan ini. Selamat menikmati perjalanan, salam lestari! (*)