Kota Payakumbuh, Kota Kecil Penuh Cerita menjadi tagline yang diusung oleh Sudut Payakumbuh (Media Sosial Independen Kreatif) dalam menilai Kota Payakumbuh beberapa waktu belakangan ini. Hal ini bukannya tidak ada alasan mengangkat Kota Payakumbuh sebagai sebuah kota yang penuh cerita.
Banyak kenangan yang bisa dirasakan oleh sebagian masyarakat yang lahir dan tumbuh di kota yang berdiri secara resmi pada 17 Desember 1970 ini. Terletak di jalur perlintasan yang menghubungkan Provinsi Sumbar dengan Provinsi Riau, membuat Kota Payakumbuh ini menjadi sebuah tempat yang meninggalkan kenangan dan cerita terhadap masyarakatnya.
Berikut ini beberapa tempat yang memiliki cerita tersendiri bagi masyarakat yang lahir dan tumbuh kembang di Kota Payakumbuh:
1. Lapangan Poliko (Lapangan Kapten Tantawai)
Lapangan Poliko merupakan salah satu lapangan sepakbola legendaris yang ada di Kota Payakumbuh sejak lama. Di lapangan yang juga dikenal dengan sebutan Lapangan Kapten Tantawi ini juga banyak lahir bintang sepakbola yang pernah merumput di Semen padang FC seperti Nil Maizar, Delvi Adri, Hendri Susilo, Budi Kurnia, Masferi Kasim, Syafril M.
Seperti dilansir di padang Ekspres, 26 Agustus 2015 lalu, dari Poliko ini juga lahir pemain hebat Persepak, seperti Aswid, Anto Gledor, dan banyak lagi. Berkat Poliko pula, Kelurahan Bunian, punya klub bernama BOC dan Bunian FC yang melahirkan pemain seperti Edi Grit dan Monen Cs
Selain itu, di Lapangan Poliko yang terletak di Kelurahan Bunian ini klub Galatama, seperti Mercubuana, Arseto Solo, Jayakarta FC, Perkesa 78 yang seluruh pemainnya anak Papua, Perdede Tex Medan, Persib Bandung, Persija, PSMS, PSDS, PSB Bogor, dan STO Jakarta, pernah bermain di sini. Bahkan, timnas PSSI Garuda I juga pernah bertanding di lapangan Poliko.
Tapi kini Lapangan Poliko pun telah berubah fungsi menjadi Kawasan Kantor Balaikota Payakumbuh baru yang saat ini tengah diisi oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Payakumbuh.
2. Jam Kagadang-gadangan
Jam Gadang merupakan salah satu simbol Kota Bukittinggi yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Namun di Kota Payakumbuh juga terdapat replika seperti Jam Gadang namun ukuran dan bentuknya pun berbeda.
Sehingga masyarakat lebih mengenanya dengan sebutan Jam Kagadang-gadangan. Terletak di jantung Kota Payakumbuh, tugu Jam Kagadang-gadangan ini pun menjadi perhatian masyarakat. Namun sekitar tahun 2000-an tugu Jam Kagadang-gadangan ini pun berubah bentuk seiring prestasi yang dicapai Kota Payakumbuh sebagai peraih penghargaan Adipura atau kota bersih.
Ya, Jam Kagadang-gadangan ini pun akhirnya berubah menjadi tugu adipura sampai saat sekarang ini.
3. Sapeda Gadang
Terletak tidak jauh dari Jam Kagadang-gadangan atau sekarang menjadi Tugu Adipura, terdapat sebuah tugu sepeda berbentuk sepeda ontel. Tugu sepeda ontel yang dikenal dengan Sapeda Gadang ini pun sontak menjadi perhatian masyarakat yang melihat sepeda dengan ukuran yang sangat besar.
Namun keberadaan Sapeda Gadang ini pun tidak bertahan lama karena terletak di pusat kota dan taman kota yang sempit, membuat Sapeda Gadang harus tergusur jauh ke arah Koto Nan Ampek. Namun sebelum itu, keberadaan Sapeda Gadang ini tidak jelas, baru beberapa waktu belakangan ini hadir di Simpang Bypass Jalan Baru Ngalau Indah.
Sapeda Gadang ini pun kembali digantung di sebuah taman yang berada di sekitar simpang lampu merah menuju Jalan Bypass Payakumbuh.
4. Jembatan Panasonic
Setelah tiga tempat penuh cerita dan kenangan seperti Lapangan Poliko, Jam Kagadang-gadangan, dan Sapeda Gadang dirubah, baru-baru ini masyarakat juga dihebohkan oleh hilangnya jembatan penyeberangan yang menghubungkan Pusat Pertokoan Pasar Payakumbuh Bolk Barat dengan Blok Timur.
Jembatan ini lebih dikenal dengan Jembatan Panasonic oleh masyarakat karena sejak dibangun, jembatan tersebut bertuliskan salah satu perusahaan elektronik ternama yaitu Panasonic. Hilangnya jembatan ini pun membuat sebagian masyarakat menyayangkan dan ada yang mendukung kebijakan pemerintah ini.
——–
Terlepas dari pro kontra yang terjadi pada empat tempat penuh cerita dan kenangan di Kota Payakumbuh ini, penulis berharap apa yang dilakukan pemerintah dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Sehingga kemajuan dan kesejahteraan terhadap masyarakat bisa tercapai nantinya dengan kebijakan yang telah dilakukan pemerintah ini.
Kira-kira, apa pendapat Uda/Uni warga Payakumbuh dan Limapuluh Kota sejagad terkait empat tempat ini? Apa Uda/Uni punya referensi tempat yang lain? Silahkan kirimkan tulisan mengenai keadaan sosial di masyarakat, seni, budaya, wisata, dan tulisan lainnya kepada redaksi kami yaitu sudutpayakumbuh@gmail.com
Semoga dengan tulisan yang kita bagikan ini dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Amin. (ADS)
2 comments
Assalamu’alaykum wr.wb
Salam kota biru uda/uni sudut payakumbuah, smoga shat slalu.
Menurut ambo, jembatan penyebrangan yang ndak lamo ko sempat hilang, sebaiknyo di buek baliak.. tapi dgn kualitas yg bagus spyo ndak capek karatan
Alasan : jaman kini banyak mlai dari anak mudo smpai tuo2 nyo manyabarang sumbarangan se, pdhal zebra cross lah disadioan, klo ado jmbtan pnyebrangan kn labiah rancak pulo, labiah aman apo lai untuak urg2 tuo nn payah manyabarang.
Sekian wasalam.
Waalaikumsalam, wr.wb, Uda
Tarimokasih atas komentar jo tanggapannyo.
Kini ko Jembatan Panasonic nan lamo sadang dikarajoan.
Nanti kito buek baliak tulisannyo, Da
Salam
#sudutpayakumbuh