Categories Artikel

10 Permainan Tradisional Minangkabau Ini Hampir Punah

Permainan tradisional Minangkabau menjadi pengingat kenangan di masa kecil setiap orang.

Permainan tradisional juga identik dengan masa kecil, apalagi memainkan permainan bersama kawan-kawan adalah sesuatu yang menyenangkan.

Lewat permainan tradisional maka akan terjalin keakraban, kerja sama, kebersamaan, dan nilai-nilai lainnya.

Permainan tradisional di Minangkabau ini bermacam-macam dan masing-masing daerah pasti memiliki kekhasannya sendiri.

Tiap permainan tradisional tersebut punya nilai keunikan yang berbeda namun seiring berjalannya waktu apalagi di era sekarang anak-anak sudah jarang terlihat memainkan permainan yang sudah diwariskan turun temurun itu.

Meski begitu, kembali mengingat dan mengenang masa-masa bermain di masa kecil tidak ada salahnya.

Inilah 10 permainan tradisional Minangkabau yang dirangkum dari beberapa sumber dan hampir punah:
  • Badia Balantak
    Melansir dari Jurnal “Permainan Tradisional Anak-anak Sumatera Barat Dalam Karya Seni Grafis” karya Nurul Ilham Badie balantak merupakan permainan perang-perangan yang dimainkan oleh anak laki-laki.

Badie (bedil) biasanya terbuat dari batang aua (aur) yaitu bambu berukuran kecil yang memiliki lubang atau rongga, bagian ruasnya dibuang , bagian ini disebut dengan induak (induk) badie.

Anak badie terbuat dari batang bambu atau kayu yang dibentuk sehingga bisa masuk kedalam lubang/rongga induk badie. Panjang induk badie lebih kurang 30 cm dan anak badie 40 cm termasuk dengan tangkainya.

  • Congkak/Congklak
    Permainan yang biasa dilakukan oleh anak perempuan yang dimainkan dengan cara mengumpulkan buah sebanyak-banyaknya, bermain congkak bisa dilakukan didalam maupun diluar ruangan.

Peralatan yang digunakan dalam permainan tradisional ini berupa 1 buah papan congkak dengan 14 lubang dan 2 buah lumbung, 98 buah cangkang kerang kecil atau kuciang-kuciang yang biasa disebut masyarakat minangkabau.

Permainan tradisional ini biasanya digemari oleh anak-anak perempuan dari usia 5 sampai dengan 15 tahun, dengan jumlah pemain sebanyak 2 orang.

  • Gasiang
    Suatu permainan tradisional dibuat dari kayu yang keras dan liat.

Biasanya dibuat menggunakan batang jambu, rambutan atau laban dan pada umumnya gasiang dibuat sendiri oleh anak-anak, maka bentuk dan jenisnya berbeda-beda sesuai dengan tingkat kreatif si pembuatnya.

Tali diikat di bagian gasiang sebagai alat pemutar gasiang dan gasiang berbentuk bulat, runcing ke bawah, bagian atasnya diberi bertingkat-tingkat puncak paling ujung berbentuk lurus sebesar jari tangan.

Bagian bawah diberi besi paku yang runcing sehingga waktu dimainkan paku ini dapat membelah gasiang lawan bila tepat sasarannya.

Gasiang yang baik saat dimainkan akan mendatangkan bunyi yang bagus dan indah berbunyi dengungan.

  • Lombat Tali
    Bermain tali biasanya lebih sering dimainkan oleh anak perempuan di bandingkan anak laki-laki.

Permainan ini dimainkan pada sore hari di lapangan terbuka maupun di halaman rumah.

Peralatan yang digunakan adalah seutas tali atau karet gelang yang dijalin sedemikian rupa, panjangnya tali ± 3 m.

Permainan tradisional ini dapat dilakukan perorangan/ individu maupun pergrup dengan jumlah pemain 2 atau 3 orang untuk perorangan dan 2 atau 4 orang untuk grup.

  • Mancik-Mancik
    Main cik mancik adalah permainan yang adanya hubungan sembunyi-bersembunyi dan keluar dengan lari kencang menuju tonggak.

Permainan cik mancik bisa dilakukan oleh anak laki-laki maupun perempuan.

Dalam bermain cik mancik diperlukan kepintaran bersembunyi dan berlari kencang, karena bila pencarian telah mulai akan terjadi lomba berlari dari tempat persembunyian ke tonggak.

  • Ketapel
    Permainan yang terbuat dari cabang pohon yang dipotong membentuk huruf “Y” biasanya peluru ketapel menggunakan putik jambu yang masih kecil.

Cabang kayu yang biasa digunakan untuk membuat ketapel yaitu cabang pohon jambu, karena teksturnya kuat dan tidak mudah patah.

Untuk pelontarnya biasanya digunakan karet yang dikepang atau bisa juga menggunakan karet ban, diikat pada masing-masing cabang ketapel.

Sebagai penahan pelurunya menggunakan bahat kulit atau bisa juga menggunakan bekas plastik kemasan dan diikat dengan karet yang telah dikepang.

  • Kuciang-kuciang
    Melansir dari laman resmi langgam.id permainan kuciang-kuciang biasanya dimainkan oleh anak perempuan.

Untuk memulai permainan, harus ada 6 buah biji congklak atau sejenis cangkang kerang atau biasa disebut “kuciang-kuciang” dan satu bola tenis.

Pemain harus melempar bola ke atas dan mengambil “kuciang-kuciang” tersebut.

  • Sipak Tekong
    Permainan petak umpet khas Minang. Sipak sendiri berari sepak dan tekong berarti kaleng.

Yang membuat permainan tradisional ini berbeda adalah pemain yang dahulu tertangkap dapat diselamatkan.

Seperti petak umpet pada umumnya, akan ada satu orang yang bertugas sebagai penjaga dan yang lainnya akan bersembunyi.

Kemudian akan ada kaleng yang diletakan ditengah lingkaran daa penjaga akan mencari teman-temannya yang bersembunyi.

  • Cak Bur
    Cak bur dimainkan oleh dua gelanggang dan biasanya dibuat dengan menarik garis dari atas tanah dengan ukuran 2×2 meter dan dibagi menjadi beberapa kotak.

Tidak ada ukuran baku, sebab ukurannya dapat disesuaikan dan seperti dikutip dari wikipedia, kedua tim harus memiliki jumlah anggota yang sama.

Dalam permainan tradisional ini, satu tim akan berperan sebagai pemain dan tim pemain bertugas untuk melewati kotak-kotak yang ada hingga sampai ke ujung tanpa boleh tersentuh penjaga.

Permainan tradisional ini akan dimulai oleh pejaga paling depan dengan mengucap cak dan diakhiri dengan pemain yang berhasil melewati penjaga dan mengucapkan bur untuk menandai kemenangannya.

Permainan tradisional ini pun akan diulang hingga semua anggota tim berhasil lolos.

  • Sipak Rago
    Melansir dari laman resmi warisanbudaya.kemdikbud.go.id Sepak rago adalah salah satu olahraga/permainan tradisional yang berkembang di Sumatera Barat pada khususnya di daerah Nanggalo.

Permainan ini biasanya menggunakan bola yang terbuat dari rotan yang dinamakan dengan Rago.

Ukuran bola ragi ini hampir sama dengan bola sepak dan permainan tradsional ini dimainkan secara bersama-sama oleh anak laki-laki berusia sekitar 9-12 tahun.

Namun orang dewasa juga suka memainkan permainan ini dan sepak rago biasanya dimainkan di halaman rumah atau lapangan terbuka.

Permainan tradisional sepak rago biasanya pemain dibentuk melingkar kemudian bola dilemparkan ke pemain.

Bagi pemain, bola tidak boleh mengenai tangan dan yang bisa mempertahankan bola agar tidak jatuh ke tanah maka dialah pemenangnya.

Permainan tradisional sepak rago ini berfungsi untuk meningkatkan ketangkasan dan sportivitas.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *